Di Bogor, ada banyak makanan yang unik dan tidak ditemukan di mana-mana kota di Jawa Barat. Sebut saja laksa bogor, asinan bogor, soto mie bogor, dan yang paling enak adalah doclang. Ini adalah makanan favorit Ayah Ari dari Arinaga Family. Doclang adalah potongan ketupat, tahu, kentang, dan tambahan telur yang diguyur dengan saus kacang dan juga ditambahkan kecap.
Kuliner khas Kota Cirebon lebih unik lagi. Sebut saja docang (berbeda dengan doclang), empal gentong, mie koclok, mie colot, gecok, rujak donggala, dan tahu gejrot. Makanan-makanan ini dapat dengan mudah dijumpai di Kota Udang. Faktanya, rasa Indomie favorit saya sepanjang masa adalah rasa empal gentong.
Dan tentu saja, Sumedang terkenal dengan tahu sumedang. Ketika mengunjungi Sumedang tahun lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung dengan keluarga ke sentra pembuatan tahu sumedang.
Tentunya semua makanan tersebut enak disantap ditemani oleh salah satu cerita rakyat Jawa Barat, yang membawa kita ke segmen #TEKANAN (Teman Makan Anda). Kali ini, kita akan menyimak salah satu cerita rakyat yang semua orang Jawa Barat tahu dan sering dengar, yaitu "Sangkuriang". Kisah Sangkuriang ini menceritakan asal-usul Gunung Tangkuban Parahu (yap, Gunung Tangkuban Parahu, bukan Perahu).
Alkisah, Dayang Sumbi adalah seorang putri raja yang cantik. Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang asyik menenun, pintalan benangnya terjatuh. Karena kesal, dia sesumbar, sesiapa yang bisa mengambilkan pintalan benangnya, jika dia perempuan akan dijadikan adiknya, namun jika lelaki akan dijadikan suaminya. Namun olala, siapa sangka yang mengambilkan benang Dayang Sumbi adalah seekor anjing hitam bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah anjing titisan dewa yang dikutuk dan dibuang ke bumi.
Dayang Sumbi tidak bisa mengelak akan janjinya; dia pun menikah dengan Tumang dan mereka dikaruniai seorang anak manusia bernama Sangkuriang. Suatu hari, Sangkuriang disuruh oleh ibunya mencari hati seekor kijang untuk sebuah perayaan. Dia berangkat ditemani Tumang. Namun, sudah beberapa jam dia berburu, Sangkuriang tidak dapat menemukan seekor kijang. Karena kesal, Sangkuriang memanah Tumang dan mengambil hatinya. Dia tidak sadar bahwa Tumang tak lain adalah ayahnya sendiri.
Sesampainya di rumah, Dayang Sumbi menerima hasil buruannya itu dengan senang hati, namun dia heran mengapa anaknya pulang tanpa Tumang. Sangkuriang pun mengaku bahwa hati yang diberikan ibunya adalah hatinya Tumang. Dayang Sumbi pun marah dan memukul kepala Sangkuriang dengan gayung yang sedang dipegangnya.