Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenali Indonesiamu! Episode 13: Jawa Barat, Lebih dari Sekedar Budaya Sunda

10 September 2024   23:40 Diperbarui: 10 September 2024   23:47 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doclang, makanan khas Bogor favorit Ayah Ari dari Arinaga Family. (sumber: Good News From Indonesia)
Doclang, makanan khas Bogor favorit Ayah Ari dari Arinaga Family. (sumber: Good News From Indonesia)

Kuliner khas Kota Cirebon lebih unik lagi. Sebut saja docang (berbeda dengan doclang), empal gentong, mie koclok, mie colot, gecok, rujak donggala, dan tahu gejrot. Makanan-makanan ini dapat dengan mudah dijumpai di Kota Udang. Faktanya, rasa Indomie favorit saya sepanjang masa adalah rasa empal gentong.

Empal gentong khas Cirebon. (sumber: BATIQA Hotels)
Empal gentong khas Cirebon. (sumber: BATIQA Hotels)

Dan tentu saja, Sumedang terkenal dengan tahu sumedang. Ketika mengunjungi Sumedang tahun lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung dengan keluarga ke sentra pembuatan tahu sumedang.

Tahu sumedang. (sumber: Indonesia Kaya)
Tahu sumedang. (sumber: Indonesia Kaya)

Tentunya semua makanan tersebut enak disantap ditemani oleh salah satu cerita rakyat Jawa Barat, yang membawa kita ke segmen #TEKANAN (Teman Makan Anda). Kali ini, kita akan menyimak salah satu cerita rakyat yang semua orang Jawa Barat tahu dan sering dengar, yaitu "Sangkuriang". Kisah Sangkuriang ini menceritakan asal-usul Gunung Tangkuban Parahu (yap, Gunung Tangkuban Parahu, bukan Perahu).

Gunung Tangkuban Parahu. (sumber: Indonesia Kaya)
Gunung Tangkuban Parahu. (sumber: Indonesia Kaya)

Alkisah, Dayang Sumbi adalah seorang putri raja yang cantik. Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang asyik menenun, pintalan benangnya terjatuh. Karena kesal, dia sesumbar, sesiapa yang bisa mengambilkan pintalan benangnya, jika dia perempuan akan dijadikan adiknya, namun jika lelaki akan dijadikan suaminya. Namun olala, siapa sangka yang mengambilkan benang Dayang Sumbi adalah seekor anjing hitam bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah anjing titisan dewa yang dikutuk dan dibuang ke bumi.

Dayang Sumbi tidak bisa mengelak akan janjinya; dia pun menikah dengan Tumang dan mereka dikaruniai seorang anak manusia bernama Sangkuriang. Suatu hari, Sangkuriang disuruh oleh ibunya mencari hati seekor kijang untuk sebuah perayaan. Dia berangkat ditemani Tumang. Namun, sudah beberapa jam dia berburu, Sangkuriang tidak dapat menemukan seekor kijang. Karena kesal, Sangkuriang memanah Tumang dan mengambil hatinya. Dia tidak sadar bahwa Tumang tak lain adalah ayahnya sendiri.

Sesampainya di rumah, Dayang Sumbi menerima hasil buruannya itu dengan senang hati, namun dia heran mengapa anaknya pulang tanpa Tumang. Sangkuriang pun mengaku bahwa hati yang diberikan ibunya adalah hatinya Tumang. Dayang Sumbi pun marah dan memukul kepala Sangkuriang dengan gayung yang sedang dipegangnya.

Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Dia lalu bertapa di gunung dan berdoa kepada para dewa. Dewa-dewa di kahyangan kemudian memberinya hadiah, di mana dia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Sementara itu, Sangkuriang teramat rindu pulang ke negaranya. Di sana, dia menemukan seorang gadis yang berparas cantik jelita. Gadis itu tak lain adalah Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Sangkuriang pun meminang Dayang Sumbi, yang dia terima karena di samping parasnya yang rupawan, tindak-tanduknya juga baik.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun