Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 7, Pesona Bengkulu Bukan Hanya di Bunga Rafflesia

23 Agustus 2024   23:29 Diperbarui: 23 Agustus 2024   23:58 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabupaten Seluma beribukota di Pasar Tais, Kecamatan Seluma. Gambar di atas yaitu Tugu Pengantin, di Kota Pasar Tais. (sumber: Website Resmi Kabupaten Seluma)


Alat musik yang dimainkan dalam mengiringi lagu dan tarian tradisional Bengkulu adalah sejenis genderang bernama doll.


Makanan tradisional Bengkulu masih terpengaruh kuliner khas Melayu, tetapi yang paling digemari adalah kudapan oncong-oncong pisang, sejenis kue tradisional yang berbahan beras ketan, kelapa parut, gula merah, dan di dalamnya ada buah pisang ambon. Rasanya manis, legit, dan lezat.

Oncong-oncong pisang, kudapan khas Bengkulu yang manis lagi lezat. (sumber: Cookpad)
Oncong-oncong pisang, kudapan khas Bengkulu yang manis lagi lezat. (sumber: Cookpad)

Sambil mengunyah oncong-oncong pisang, alangkah enaknya jika kita menyimak salah satu cerita tradisional atau folklore dari Provinsi Bengkulu. Judulnya adalah "Putri Serindang Bulan". Begini ceritanya.

Alkisah, di Kerajaan Rejang, Bengkulu, Raja Wawang dikaruniai seorang putri bungsu bernama Putri Serindang Bulan. Kecantikannya tiada tara, bagaikan rembulan purnama yang menerangi malam. Namun, di balik kecantikannya, Putri Serindang Bulan menyimpan rahasia: setiap malam bulan purnama, wajahnya berubah buruk rupa. Hal ini dikarenakan sejak lahir, dia memiliki kutukan di mana wajahnya berubah buruk rupa di bulan purnama. Kutukan inilah yang membuat Putri Serindang Bulan menjadi bahan olokan dari kakak-kakak lelakinya yang iri akan kecantikannya.

Suatu hari muncullah seorang lelaki dari Kerajaan Indrapura yang meminang Putri Serindang Bulan. Akan tetapi, ketika bulan purnama muncul di langit malam, kutukannya muncul, dan penyakit kudis dan kurap mengubah wajah sang putri menjadi buruk rupa sehingga lelaki tersebut harus membatalkan pinangannya. Anehnya, apabila pertunangan itu dibatalkan, wajah Putri Serindang Bulan kembali cantik seperti sedia kala. Peristiwa tersebut terjadi berulang kali.

Oleh karena itu, keenam kakak Putri Serindang Bulan mengadakan pertemuan untuk mencari cara agar aib tersebut dapat dihapuskan. Ki Karang Nio, salah satu kakak Putri Serindang Bulan, mengusulkan agar Putri Serindang Bulan diasingkan saja ke tempat yang jauh, namun tidak ada yang setuju. Kemudian, Ki Tago, kakak Putri Serindang Bulan yang lain, menyarankan agar adik bungsu mereka tersebut dibunuh saja. Semua sepakat kecuali Ki Karang Nio.

Meskipun dia raja menggantikan Raja Wawang yang sudah renta, Ki Karang Nio harus menerima keputusan tersebut karena dia kalah suara oleh kakak-kakaknya. Dalam pertemuan itu diputuskan juga bahwa Ki Karang Nio-lah yang harus melakukan hal tersebut, dan untuk membuktikan bahwa dia melakukan tugasnya dengan sempurna, dia harus membawa setabung darah Putri Serindang Bulan.

Setelah pertemuan itu selesai, Ki Karang Nio menghampiri Putri Serindang Bulan untuk berusaha membunuhnya. Namun, dia tidak tega. Pada hari yang telah ditentukan, Ki Karang Nio membawa adiknya tersebut ke pedalaman hutan lebat. Sebelum dibunuh, Putri Serindang Bulan mengajukan satu permohonan kepada Ki Karang Nio: jika dia mati, dia minta dikuburkan bersama sebuah bakoa (tempat daun sirih) dan ayam hirik peliharaannya.

Setelah berpamitan dengan kakak-kakak mereka, Ki Karang Nio dan Putri Serindang Bulan berangkat menuju ke hutan. Selama perjalanan, mereka tidak saling bertegur sapa. Singkat cerita, Ki Karang Nio menyayat tangan Putri Serindang Bulan sehingga keluar darah. Darah tersebut dia campurkan dengan darah ayam hirik peliharaan Putri Serindang Bulan. Mereka pun saling mengucapkan salam perpisahan sebelum akhirnya Putri Serindang Bulan pergi berlalu dengan rakit yang dirakit oleh Ki Karang Nio.

Berhari-hari terhanyut di sungai, Putri Serindang Bulan pun terdampar di Pulau Pagai, di lepas pantai Muara Air Ketahun. Dia ditemukan oleh Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan menceritakan semuanya kepada sang raja, yang kemudian menyembuhkannya di istananya di Negeri Setio Barat. Berkat kesaktian Raja Indrapura, Putri Serindang Bulan sembuh total dari sakit kulit. Mereka pun menikah, dan berita pernikahan mereka sampai kepada telinga kakak-kakak Putri Serindang Bulan di Kerajaan Rejang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun