Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 4: Pengaruh Budaya Melayu Masih Kental di Riau

20 Agustus 2024   21:54 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:50 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Ikan Patin di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. (sumber: RanahRiau.com)

Bismillahirrahmanirrahim.

Sesuai janji, hari ini kita akan melanjutkan serial "Kenali Indonesiamu" dengan pergi ke Provinsi Riau. Bukan, bukan Jalan Riau di Bandung yang terkenal dengan mal Riau Junction-nya itu. Yang ini Provinsi Riau yang kaya minyak bumi itu.

Secara geografis, Riau terletak di pantai timur Pulau Sumatera bagian tengah. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sebelum kepulauan ini dimekarkan sebagai provinsi tersendiri pada Juli 2004. Riau berbatasan dengan Selat Malaka dan Semenanjung Malaysia di utara, Sumatera Utara di barat laut, Sumatera Barat di barat, Kepulauan Riau di timur, dan Jambi di selatan. Pekanbaru adalah ibukota provinsi yang didiami oleh sekitar 6,9 juta orang ini.

Pekanbaru hanyalah sepotong besar dari Provinsi Riau. Secara administratif, Riau terbagi menjadi 10 kabupaten dan 2 kota. Kita akan berkenalan dengan keduabelas wilayah administratif tersebut satu persatu.

** KABUPATEN **

1. Kabupaten Bengkalis (Bengkalis):
- Kecamatan Bandar Laksamana
- Kecamatan Bantan
- Kecamatan Bathin Solapan
- Kecamatan Bengkalis
- Kecamatan Bukit Batu
- Kecamatan Mandau
- Kecamatan Rupat
- Kecamatan Rupat Utara
- Kecamatan Siak Kecil
- Kecamatan Pinggir
- Kecamatan Talang Muandau

Masjid Agung Istiqomah di Kabupaten Bengkalis. (sumber: Dunia Masjid - Jakarta Islamic Centre)
Masjid Agung Istiqomah di Kabupaten Bengkalis. (sumber: Dunia Masjid - Jakarta Islamic Centre)

2. Kabupaten Indragiri Hilir (Tembilahan):
- Kecamatan Batang Tuaka
- Kecamatan Concong
- Kecamatan Enok
- Kecamatan Gaung
- Kecamatan Gaung Anak Serka
- Kecamatan Kateman
- Kecamatan Kempas
- Kecamatan Kemuning
- Kecamatan Keritang
- Kecamatan Kuala Indragiri
- Kecamatan Mandah
- Kecamatan Pelangiran
- Kecamatan Pulau Burung
- Kecamatan Reteh
- Kecamatan Sungai Batang
- Kecamatan Tanah Merah
- Kecamatan Teluk Belengkong
- Kecamatan Tembilahan
- Kecamatan Tembilahan Hulu
- Kecamatan Tempuling

Jembatan Rumbai di Tembilahan, ibukota Kabupaten Indragiri Hilir. (sumber: Mari Membaca)
Jembatan Rumbai di Tembilahan, ibukota Kabupaten Indragiri Hilir. (sumber: Mari Membaca)

3. Kabupaten Indragiri Hulu (Rengat):
- Kecamatan Batang Cenaku
- Kecamatan Batang Gangsal
- Kecamatan Batang Peranap
- Kecamatan Kelayang
- Kecamatan Kuala Cenaku
- Kecamatan Lirik
- Kecamatan Lubuk Batu Jaya
- Kecamatan Pasir Penyu
- Kecamatan Peranap
- Kecamatan Rakit Kulim
- Kecamatan Rengat
- Kecamatan Rengat Barat
- Kecamatan Seberida
- Kecamatan Sungai Lala

Tugu Ikan Patin di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. (sumber: RanahRiau.com)
Tugu Ikan Patin di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. (sumber: RanahRiau.com)

4. Kabupaten Kampar (Bangkinang):
- Kecamatan XIII Koto Kampar
- Kecamatan Bangkinang
- Kecamatan Bangkinang Kota
- Kecamatan Gunung Sahilan
- Kecamatan Kampa
- Kecamatan Kampar
- Kecamatan Kampar Kiri
- Kecamatan Kampar Kiri Hilir
- Kecamatan Kampar Kiri Hulu
- Kecamatan Kampar Kiri Tengah
- Kecamatan Kampar Utara
- Kecamatan Koto Kampar Hulu
- Kecamatan Kuok
- Kecamatan Perhentian Raja
- Kecamatan Rumbio Jaya
- Kecamatan Salo
- Kecamatan Siak Hulu
- Kecamatan Tambang
- Kecamatan Tapung
- Kecamatan Tapung Hilir
- Kecamatan Tapung Hulu

Candi Muara Takus, peninggalan kerajaan Sriwijaya di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. (sumber: BATIQA Hotels)
Candi Muara Takus, peninggalan kerajaan Sriwijaya di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. (sumber: BATIQA Hotels)

5. Kabupaten Kepulauan Meranti (Selatpanjang):
- Kecamatan Merbau
- Kecamatan Pulau Merbau
- Kecamatan Rangsang
- Kecamatan Rangsang Barat
- Kecamatan Rangsang Pesisir
- Kecamatan Tasik Putri Puyu
- Kecamatan Tebing Tinggi
- Kecamatan Tebing Tinggi Barat
- Kecamatan Tebing Tinggi Timur

Festival Cian Cui di Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti. Perang air pertanda sayang ini lahir dari tradisi dan kearifan lokal Tionghoa di Riau. (sumber: indonesia.go.id)
Festival Cian Cui di Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti. Perang air pertanda sayang ini lahir dari tradisi dan kearifan lokal Tionghoa di Riau. (sumber: indonesia.go.id)
6. Kabupaten Kuantan Singingi (Teluk Kuantan):
- Kecamatan Benai
- Kecamatan Cerenti
- Kecamatan Gunung Toar
- Kecamatan Hulu Kuantan
- Kecamatan Inuman
- Kecamatan Kuantan Hilir
- Kecamatan Kuantan Hilir Seberang
- Kecamatan Kuantan Mudik
- Kecamatan Kuantan Tengah
- Kecamatan Logas Tanah Darat
- Kecamatan Pangean
- Kecamatan Pucuk Rantau
- Kecamatan Sentajo Raya
- Kecamatan Singingi
- Kecamatan Singingi Hilir

Wisata alam Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. (sumber: Karimuntoday)
Wisata alam Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. (sumber: Karimuntoday)
7. Kabupaten Pelalawan (Pangkalan Kerinci):
- Kecamatan Bandar Petalangan
- Kecamatan Bandar Sei Kijang
- Kecamatan Bunut
- Kecamatan Kerumutan
- Kecamatan Kuala Kampar
- Kecamatan Langgam
- Kecamatan Pangkalan Kerinci
- Kecamatan Pangkalan Kuras
- Kecamatan Pangkalan Lesung
- Kecamatan Pelalawan
- Kecamatan Teluk Meranti
- Kecamatan Ukui

Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan, tempat pelestarian sejumlah satwa endemik Sumatera, seperti gajah sumatera. (sumber: Tekno Tempo.co - Tempo)
Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan, tempat pelestarian sejumlah satwa endemik Sumatera, seperti gajah sumatera. (sumber: Tekno Tempo.co - Tempo)
8. Kabupaten Rokan Hilir (Bagansiapiapi):
- Kecamatan Bagan Sinembah
- Kecamatan Bagan Sinembah Raya
- Kecamatan Balai Jaya
- Kecamatan Bangko
- Kecamatan Bangko Pusako
- Kecamatan Batu Hampar
- Kecamatan Kubu
- Kecamatan Kubu Babussalam
- Kecamatan Pasir Limau Kapas
- Kecamatan Pekaitan
- Kecamatan Pujud
- Kecamatan Rantau Kopar
- Kecamatan Rimba Melintang
- Kecamatan Simpang Kanan
- Kecamatan Sinaboi
- Kecamatan Tanah Putih
- Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan
- Kecamatan Tanjung Medan

Kantor Bupati Rokan Hilir di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Apakah mirip gedung Capitol di Washington DC, Amerika Serikat? (sumber: MimbarNegeri.com)
Kantor Bupati Rokan Hilir di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Apakah mirip gedung Capitol di Washington DC, Amerika Serikat? (sumber: MimbarNegeri.com)

9. Kabupaten Rokan Hulu (Pasir Pengaraian):
- Kecamatan Bangun Purba
- Kecamatan Bonai Darussalam
- Kecamatan Kabun
- Kecamatan Kepenuhan
- Kecamatan Kepenuhan Hulu
- Kecamatan Kunto Darussalam
- Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam
- Kecamatan Pendalian IV Koto
- Kecamatan Rambah
- Kecamatan Rambah Hilir
- Kecamatan Rambah Samo
- Kecamatan Rokan IV Koto
- Kecamatan Tambusai
- Kecamatan Tambusai Utara
- Kecamatan Tandun
- Kecamatan Ujung Batu

Istana Rokan, peninggalan bersejarah Kerajaan Rokan, salah satu kerajaan Islam yang pernah berkuasa di daerah Rokan Hulu. (sumber: Kab. Rokan Hulu)
Istana Rokan, peninggalan bersejarah Kerajaan Rokan, salah satu kerajaan Islam yang pernah berkuasa di daerah Rokan Hulu. (sumber: Kab. Rokan Hulu)

10. Kabupaten Siak (Siak Sri Indrapura):
- Kecamatan Bunga Raya
- Kecamatan Dayun
- Kecamatan Kandis
- Kecamatan Kerinci Kanan
- Kecamatan Koto Gasip
- Kecamatan Lubuk Dalam
- Kecamatan Mempura
- Kecamatan Minas
- Kecamatan Pusako
- Kecamatan Sabak Auh
- Kecamatan Siak
- Kecamatan Sungai Apit
- Kecamatan Sungai Mandau
- Kecamatan Tualang

Istana Siak Sri Indrapura, kediaman resmi Sultan Siak. Istana ini mulai dibangun tahun 1889 dan selesai dibangun empat tahun kemudian. (sumber: BATIQA Hotels)
Istana Siak Sri Indrapura, kediaman resmi Sultan Siak. Istana ini mulai dibangun tahun 1889 dan selesai dibangun empat tahun kemudian. (sumber: BATIQA Hotels)

** KOTA **

11. Kota Dumai:
- Kecamatan Bukit Kapur
- Kecamatan Dumai Barat
- Kecamatan Dumai Kota
- Kecamatan Dumai Selatan
- Kecamatan Dumai Timur
- Kecamatan Medang Kampai
- Kecamatan Sungai Sembilan

Masjid Agung Al Manan Dumai. (sumber: Dunia Masjid - Jakarta Islamic Centre)
Masjid Agung Al Manan Dumai. (sumber: Dunia Masjid - Jakarta Islamic Centre)
12. Kota Pekanbaru:
- Kecamatan Binawidya
- Kecamatan Bukti Raya
- Kecamatan Kulim
- Kecamatan Lima Puluh
- Kecamatan Marpoyan Damai
- Kecamatan Payung Sekaki
- Kecamatan Pekanbaru Kota
- Kecamatan Rumbai
- Kecamatan Rumbai Barat
- Kecamatan Rumbai Timur
- Kecamatan Sail
- Kecamatan Senapelan
- Kecamatan Sukajadi
- Kecamatan Tuah Madani
- Kecamatan Tenayan Raya

Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau, saat malam hari. (sumber: SerambiRiau.com)
Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau, saat malam hari. (sumber: SerambiRiau.com)

Dan itulah, 12 kabupaten dan kota di Provinsi Riau.

Etnis utama yang mendiami Riau adalah suku Melayu. Sebenarnya suku Melayu di Indonesia terbesar di pelbagai wilayah, sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Namun, suku Melayu Riau masih terpengaruh oleh orang Melayu asli yang tinggal di Malaysia, lebih tepatnya di Semenanjung Malaysia, karena letak geografis mereka berdekatan. Mayoritas dari mereka beragama Islam dan mereka masih memelihara budaya Melayu mereka, termasuk joget dan berpantun.

Suku Melayu Riau. (sumber: Indonesia Kaya)
Suku Melayu Riau. (sumber: Indonesia Kaya)

Selain suku Melayu, Riau juga didiami oleh suku-suku lain seperti suku Sakai, Bonai, Anak Dalam, Talang Mamak, dan Laut. Mereka hidup di daerah-daerah terpencil seperti pedalaman hutan atau lautan.

Senjata tradisional Riau adalah pedang jenawi. Pedang jenawi kerap digunakan oleh para panglima perang Kerajaan Melayu saat menghadapi musuh-musuh mereka dahulu kala.

Pedang jenawi, senjata tradisional khas Riau. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)
Pedang jenawi, senjata tradisional khas Riau. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)

Dari segi seni budaya, Riau masih memelihara akar budaya Melayu mereka, sebagaimana terbukti pada musik dan tarian tradisional mereka. Salah satu lagu tradisional Riau yang hampir semua orang tahu, bahkan menjadi salah satu lagu anak-anak paling bagus di Indonesia, adalah "Soleram". Syairnya berupa pantun, menunjukkan betapa kuatnya budaya Melayu Riau tersalurkan lewat pantun.


Dua tarian tradisional Riau yang paling terkenal adalah tari zapin dan tari mak yong.



Biasanya, dalam mengiringi kedua tarian tradisional tersebut, dipetiklah alat musik gambus, alat musik khas Riau yang mengiringi musik tradisional Melayu Riau.


Untuk makanan khas Riau, saya agak kebingungan mencari sumber terpercaya, karena saya belum pernah ke Riau atau bahkan mencicipi makanan khas Riau. Tetapi, saya punya buku kumpulan cerpen anak bertajuk "My Culinary Journey", keluaran tahun 2010 oleh DAR Mizan, salah satu perusahaan percetakan buku anak Islami ternama di Bandung. 

Salah satu cerpen di kumcer tersebut bercerita tentang kuliner khas Riau, yang ditulis oleh Kak Cut Nisaa, alumna Kecil-Kecil Punya Karya yang asli Pekanbaru, Riau. Kak Cut Nisaa kini berusia 27 tahun dan ketika menulis cerpen tentang kuliner khas Riau di kumcer "My Culinary Journey", usianya 13 tahun dan beliau masih SMP. Dan inilah sejumlah makanan khas Riau yang beliau bahas:

Untuk makanan berat, ada gulai ikan patin. Ikan patin adalah salah satu jenis ikan berdaging putih yang kerap dipakai dalam kuliner khas Melayu atau Sumatera. Gulai ikan patin rasanya asam, pedas, gurih, dan menyegarkan. Mengandung banyak protein yang sangat berguna untuk pertumbuhkembangan anak saat ini.

Gulai ikan patin. (sumber: Katakini.com)
Gulai ikan patin. (sumber: Katakini.com)

Buah durian banyak tumbuh di Riau. Durian, atau yang mana seringkali disebut duren, banyak diolah menjadi berbagai macam makanan, dan di Riau, durian ketan adalah kudapan kegemaran. Durian banyak mengandung kalsium, kalium, serta vitamin B1 dan B2 yang dapat menyuplai pelbagai nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. 

Namun, jangan kebanyakan makan durian, nanti kepala pening dan badan bisa menjadi panas. Namun, tidak perlu khawatir, karena jika badan panas karena kebanyakan makan durian, air dari kulit durian bisa langsung diminum untuk mendinginkan tubuh.

Durian ketan. (sumber: cookpad.com)
Durian ketan. (sumber: cookpad.com)

Kudapan khas Riau lainnya yang lezat adalah bolu kemojo. Bolu kemojo adalah salah satu oleh-oleh khas Kota Pekanbaru. Rasanya manis dan warna hijau khasnya diperoleh dari daun pandan, yang menjadi salah satu bahan membuat kue ini.

Bolu kemojo khas Pekanbaru. (sumber: IDN Times)
Bolu kemojo khas Pekanbaru. (sumber: IDN Times)

Tentunya sesudah makan jangan lupa minum. Ada empat minuman khas Riau yang enak dan menyegarkan. Yang pertama adalah es air mata pengantin, yang menggunakan agar-agar tiga warna, nata de coco, dan selasih. Untuk menyajikannya digunakan sirup melon.

Es air mata pengantin. (sumber: cookpad.com)
Es air mata pengantin. (sumber: cookpad.com)

Yang kedua adalah es sarang burung, yang menggunakan nata de coco, selasih, dan sirup merah atau cocopandan. Kadang buah lain seperti leci juga ditambahkan.

Es sarang burung. (sumber: IDN Times)
Es sarang burung. (sumber: IDN Times)

Yang ketiga namanya memang agak menyeramkan. Namanya es laksamana mengamuk. Minuman ini menggunakan mangga kweni atau arumanis dan santan. Rasanya enak sekali.

Es laksamana mengamuk. (sumber: IDN Times)
Es laksamana mengamuk. (sumber: IDN Times)

Dan yang terakhir adalah jus jagung. Jus jagung ini sering menjadi minuman khas sejumlah restoran di Pekanbaru dan kota-kota lain di Riau. Bahan dasarnya tentu saja jagung. Jagung mengandung kalium, magnesium, dan antioksidan yang dapat membantu mengontrol tekanan darah.

Jus jagung khas Riau. (sumber: RiauInfo.com)
Jus jagung khas Riau. (sumber: RiauInfo.com)

Menyantap semua makanan dan minuman tersebut, alangkah enaknya jika sambil mendengarkan salah satu cerita daerah dari Riau, yaitu Si Lancang. Ceritanya mirip dengan cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat, dengan pesan yang sama mengenai larangan durhaka terhadap orangtua.

Alkisah, di daerah Kampar, Riau, hiduplah seorang pemuda bernama Lancang. Dia hidup hanya berdua dengan ibunya di sebuah gubuk reot. Sehari-hari, Lancang menggembalakan ternak tetangganya, sedangkan ibunya menggarap ladang orang lain. Semua mereka kerjakan demi bisa makan sehari-hari karena ayah Lancang telah lama meninggal dunia.

Suatu hari, Lancang telah bosan hidup miskin. Dia mengutarakan keinginannya untuk pergi merantau dan bekerja, lalu mengumpulkan uang hasil jerih payahnya sendiri agar menjadi orang kaya. Ibunya mengiyakan, dan berpesan agar jika Lancang telah sukses nanti, jangan lupakan ibunya dan segeralah pulang. Lancang menyanggupinya.

Setelah bertahun-tahun berada di perantauan, Lancang menjadi seorang saudagar kaya. Dia memiliki berpuluh-puluh kapal dagang dan ratusan anak buah serta tujuh orang istri yang cantik, yang mana semuanya dari keluarga kaya pula. Sementara itu, nun jauh di kampung halamannya, ibu Lancang masih hidup miskin seorang diri. Lancang pun jadi lupa akan ibunya.

Suatu hari, Lancang berkata pada istri-istrinya bahwa dia akan mengajak mereka berlayar ke Andalas. Mereka membawa segala macam perbekalan, dari makanan, alat musik, hingga kain sutra dan perhiasan berupa emas dan perak untuk digelar di atas kapal.

Sepanjang perjalanan ke Andalas, Lancang dan awak kapal lainnya berpesta pora. Ketika kapal mendarat di daerah Kampar, beberapa orang menyambut kedatangan si Lancang, termasuk ibunya yang sedang terbaring sakit di gubuk. Ketika ibu Lancang mencoba naik ke geladak kapal, Lancang tidak mengakuinya sebagai ibu, dan menyuruh salah satu anak buah kapalnya mengusirnya.

Betapa sedihnya ibu Lancang, anaknya durhaka kepadanya dan tidak mengakuinya sebagai ibu. Sambil menangis, dia mengambil lesung dan nyiru pusaka. Sambil memutar-mutar lesung dan mengibas-ngibaskan nyiru, dia berdoa kepada Tuhan agar Lancang diberi pelajaran. Tiba-tiba angin topan bergemuruh dan hujan turun dengan derasnya. Gelombang Sungai Kampar meluap dan menghantam kapal si Lancang hingga hancur berkeping-keping. Lancang dan para istrinya beserta anak-anak buahnya tenggelam dalam badai topan.

Kain sutra yang dibawa oleh Lancang tertiup, kemudian berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain di Kampar Kiri. Alat musik gongnya terlempar jatuh ke dekat gubuk ibu Lancang dan menjadi Sungai Oguong di Kampar Kanan. Tembikarnya terpecah menjadi Pasubilah. Air mata si Lancang membanjiri tanah dan meluap menjadi danau. Danau itu dinamai Danau Lancang, yang kini terletak di Kabupaten Kampar, Riau.

Dan seperti biasa, sebelum kita ke epilog, kita akan mengintip siapa saja pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Riau. Mereka adalah:
- Sultan Syarif Kasim II
- Tuanku Tambusai

Sultan Syarif Kasim II adalah Sultan Siak terakhir. Namanya diabadikan menjadi salah satu perguruan tinggi negeri di Riau, yaitu Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, atau disingkat UIN Suska. Sedangkan Tuanku Tambusai adalah seorang tokoh Paderi terkenal yang menentang masa kolonial Belanda.

Epilog:
Di zaman saat budaya Indonesia perlahan tergerus oleh dampak globalisasi, Riau adalah salah satu daerah di Indonesia yang melestarikan budaya Melayunya hingga sekarang.

Oh, dan anggota asal Riau di divisi Indonesia dari skuad perlindungan Bluebell City milik Walikota Joost Klein adalah Siti Nurhaliza asal Pekanbaru. Bukan, bukan Dato' Sri Siti Nurhaliza. Liza, begitulah nama aslinya, adalah wanita muda usia 22 tahun asal Pekanbaru, Riau yang pandai meretas komputer. Di "A Musical Revolution 3", Liza beserta 37 anggota divisi Indonesia lainnya akan membantu Jiyoon dan Isa dalam misi terpenting Weeekly saat mereka melakukan fieldtrip ke region Baruna.

Stay tuned! Episode depan, kita akan ke Kepulauan Riau. Provinsi ini dimekarkan dari Provinsi Riau pada Juli 2004.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun