Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 4: Pengaruh Budaya Melayu Masih Kental di Riau

20 Agustus 2024   21:54 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:50 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Ikan Patin di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. (sumber: RanahRiau.com)

Suatu hari, Lancang telah bosan hidup miskin. Dia mengutarakan keinginannya untuk pergi merantau dan bekerja, lalu mengumpulkan uang hasil jerih payahnya sendiri agar menjadi orang kaya. Ibunya mengiyakan, dan berpesan agar jika Lancang telah sukses nanti, jangan lupakan ibunya dan segeralah pulang. Lancang menyanggupinya.

Setelah bertahun-tahun berada di perantauan, Lancang menjadi seorang saudagar kaya. Dia memiliki berpuluh-puluh kapal dagang dan ratusan anak buah serta tujuh orang istri yang cantik, yang mana semuanya dari keluarga kaya pula. Sementara itu, nun jauh di kampung halamannya, ibu Lancang masih hidup miskin seorang diri. Lancang pun jadi lupa akan ibunya.

Suatu hari, Lancang berkata pada istri-istrinya bahwa dia akan mengajak mereka berlayar ke Andalas. Mereka membawa segala macam perbekalan, dari makanan, alat musik, hingga kain sutra dan perhiasan berupa emas dan perak untuk digelar di atas kapal.

Sepanjang perjalanan ke Andalas, Lancang dan awak kapal lainnya berpesta pora. Ketika kapal mendarat di daerah Kampar, beberapa orang menyambut kedatangan si Lancang, termasuk ibunya yang sedang terbaring sakit di gubuk. Ketika ibu Lancang mencoba naik ke geladak kapal, Lancang tidak mengakuinya sebagai ibu, dan menyuruh salah satu anak buah kapalnya mengusirnya.

Betapa sedihnya ibu Lancang, anaknya durhaka kepadanya dan tidak mengakuinya sebagai ibu. Sambil menangis, dia mengambil lesung dan nyiru pusaka. Sambil memutar-mutar lesung dan mengibas-ngibaskan nyiru, dia berdoa kepada Tuhan agar Lancang diberi pelajaran. Tiba-tiba angin topan bergemuruh dan hujan turun dengan derasnya. Gelombang Sungai Kampar meluap dan menghantam kapal si Lancang hingga hancur berkeping-keping. Lancang dan para istrinya beserta anak-anak buahnya tenggelam dalam badai topan.

Kain sutra yang dibawa oleh Lancang tertiup, kemudian berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain di Kampar Kiri. Alat musik gongnya terlempar jatuh ke dekat gubuk ibu Lancang dan menjadi Sungai Oguong di Kampar Kanan. Tembikarnya terpecah menjadi Pasubilah. Air mata si Lancang membanjiri tanah dan meluap menjadi danau. Danau itu dinamai Danau Lancang, yang kini terletak di Kabupaten Kampar, Riau.

Dan seperti biasa, sebelum kita ke epilog, kita akan mengintip siapa saja pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Riau. Mereka adalah:
- Sultan Syarif Kasim II
- Tuanku Tambusai

Sultan Syarif Kasim II adalah Sultan Siak terakhir. Namanya diabadikan menjadi salah satu perguruan tinggi negeri di Riau, yaitu Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, atau disingkat UIN Suska. Sedangkan Tuanku Tambusai adalah seorang tokoh Paderi terkenal yang menentang masa kolonial Belanda.

Epilog:
Di zaman saat budaya Indonesia perlahan tergerus oleh dampak globalisasi, Riau adalah salah satu daerah di Indonesia yang melestarikan budaya Melayunya hingga sekarang.

Oh, dan anggota asal Riau di divisi Indonesia dari skuad perlindungan Bluebell City milik Walikota Joost Klein adalah Siti Nurhaliza asal Pekanbaru. Bukan, bukan Dato' Sri Siti Nurhaliza. Liza, begitulah nama aslinya, adalah wanita muda usia 22 tahun asal Pekanbaru, Riau yang pandai meretas komputer. Di "A Musical Revolution 3", Liza beserta 37 anggota divisi Indonesia lainnya akan membantu Jiyoon dan Isa dalam misi terpenting Weeekly saat mereka melakukan fieldtrip ke region Baruna.

Stay tuned! Episode depan, kita akan ke Kepulauan Riau. Provinsi ini dimekarkan dari Provinsi Riau pada Juli 2004.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun