Bismillahirrahmanirrahim.
Akhir-akhir ini saya sedang gencar belajar bahasa Inggris (dialek British English) lewat beberapa saluran YouTube seperti ETJ English dan Molly Parker. Dialek yang diajarkan adalah modern received pronunciation (modern RP), yang dituturkan di Inggris bagian selatan. At the same time, film "Budi Pekerti" sedang tayang di bioskop. Film ini dibintangi oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, dan Angga Yunanda. Saya memang tidak menontonnya, tetapi saya terkesima akan kepiawaian para pemeran berbahasa Jawa dan berdialek medok Jawa secara alami. Film berlatar tempat Yogyakarta (Jogja) ini disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, yang memang menghabiskan masa kecilnya di Jogja. Film ini bercerita tentang pentingnya menjaga etika bersosial media supaya tidak berdampak buruk pada persekitaran.
Alkisah, ketika Bu Prani, seorang guru BK di sebuah SMP swasta di Jogja terekam memaki seorang pembeli kue putu yang menyela antrean. Kejadian itu berdampak besar kepada keluarga Bu Prani, seperti sang suami, Pak Didit yang mengidap gangguan bipolar setelah usahanya bangkrut. Warganet juga ikut mencari-cari kesalahan kedua anaknya, Tita yang bekerja sebagai musisi dan aktivis serta Muklas yang bekerja sebagai pemengaruh sosial media dan pembuat konten.
Saya sudah melihat trailer film ini. Sebagian besar dialeknya menggunakan bahasa Jawa kromo inggil, yang merupakan tingkatan tertinggi dari tingkat kesantunan berbahasa Jawa. Bahasa Jawa kromo inggil digunakan kepada orang yang lebih tua, biasanya pada orang yang lebih tua, seperti ayah-ibu, kakek-nenek, dsb. Sopan pula diucapkan kepada guru atau dosen karena memuliakan mereka.
Oleh karena itu, saya ingin membuat analogi bahwa tingkatan kesantunan bahasa Jawa ini seperti British English dialek received pronunciation.
Bahasa Jawa memiliki tiga tingkatan:
1. Ngoko (kasar; umum dituturkan dengan teman)
2. Kromo (sedang)
3. Kromo inggil (halus; umum dituturkan dengan orang tua)
Sama halnya dengan bahasa Sunda yang punya tiga tingkatan yaitu kasar, loma, dan lemes.
Similarly, bahasa Inggris dialek RP juga punya tingkatan:
1. Modern contemporary RP (dituturkan oleh generasi sekarang)
2. General RP (dituturkan sebagai bahan ajar)
3. Conservative RP (dituturkan oleh generasi yang lebih tua, seperti keluarga kerajaan)
Jadi analoginya begini:
1. Ngoko = modern contemporary RP
2. Kromo = general RP
3. Kromo inggil = conservative RP
Saat ini saya sedang berguru kepada seorang YouTuber asal Inggris, Elliot Giles, pendiri saluran ETJ English. Beliau mengajarkan bahasa Inggris dialek contemporary RP, dengan analogi seperti bahasa Jawa ngoko. Namun saat ini saya justru sedang belajar bahasa Jawa kromo inggil, yang analoginya seperti dialek conservative RP. Kromo inggil adalah tingkatan bahasa Jawa yang tertinggi dan sangat sopan.
Sama seperti dialek British English, dialek bahasa Jawa tidaklah sama di semua wilayah Tanah Jawa (Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur). Saya sudah 21 tahun menetap di tatar Sunda, dari TK hingga SMA dibiasakan belajar bahasa Sunda. Namun perlu diingat bahwa seluruh keluarga saya Jawa, baik dari pihak papa maupun mama. Bedanya akar keluarga papa saya dari Jawa Tengah (mostly Jogja), sedangkan mama saya berakar keluarga di Jawa Timur tepatnya Madiun. Jadi dialeknya juga jauh berbeda. Ada pula kosakata dialek Semarangan, yang beda dengan dialek yang dituturkan di Jogja dan Solo.
With British English, dialeknya tak hanya RP, ada pula aksen Scouse, Midlands, Brummie, Mancunian, Yorkie, dan Geordie. Sama dengan bahasa Jawa, ada dialek Mataraman (dialek yang paling umum didengar dan lebih umum di Jawa Tengah dan Jogja), dialek Arekan (paling umum didengar di Jawa Timur), dan Ngapak. Dialek Ngapak dibagi menjadi Ngapak Banyumas dan Ngapak Tegal.
Jika Elliot ini orang Jogja, saya akan memanggilnya Mas Elliot atau Dab Elliot. Masyarakat Jogja mengenal bahasa walikan, bahasa prokem yang membolak-balikkan aksara Hanacaraka. Dalam bahasa walikan Jogja, "dab" berarti "mas", panggilan kepada lelaki Jawa yang lebih tua. Berarti jika beliau sedang mengajar bahasa Jawa, beliau sedang mengajar bahasa Jawa ngoko. Karena analoginya bahasa Jawa ngoko itu dialek British English yang diajarkan Elliot, yaitu contemporary RP.
Kita lihat beberapa kata bahasa Jawa ini berdasarkan tingkatannya, beserta artinya.
Ngoko = tuku
Kromo = tumbas
Kromo inggil = mundhut
Arti: membeli
Ngoko = lungo
Kromo = kesah
Kromo inggil = tindak
Arti: pergi
Ngoko = arep
Kromo = ajeng
Kromo inggil = badhe
Arti: mau
Ngoko = klambi
Kromo = rasukan
Kromo inggil = rasukan
Arti: kemeja
Ngoko = opo
Kromo = menopo
Kromo inggil = punopo
Arti: apa
Ngoko = nunggang
Kromo = numpak
Kromo inggill = nitih
Arti: naik kendaraan
Ngoko = bali
Kromo = wangsul
Kromo inggil = kondur
Arti: pulang
Ngoko = nggowo
Kromo = mbetho
Kromo inggil = ngastho
Arti: membawa
Ngoko = aku
Kromo = kulo
Kromo inggil = kulo
Arti: saya
Ngoko = kowe
Kromo = sampeyan
Kromo inggil = panjenengan
Arti: Anda atau kamu
Ngoko = mangan
Kromo = nedha
Kromo inggil = dhahar
Arti: makan
Ngoko = turu
Kromo = tilem
Kromo inggil = sare
Arti: tidur
Bahasa Inggris = Can I have a bottle of water?
Ngoko = Opo aku njaluk botol banyu?
Kromo = Menopo kulo nedho botol toya?
Kromo inggil = Punopo kulo nyuwun botol toya?
Arti: Boleh saya minta sebotol air?
(mohon dimaafkan, ini sebisa saya)
Bahasa Inggris = I want to sleep
Ngoko = Aku arep turu
Kromo = Kulo ajeng tilem
Kromo inggil = Kulo badhe sare
Arti: Saya ingin tidur
Sangat mudah dipraktikkan.
Selamat mencoba.
Matur nuwun kanggo moco.
Cheers!
Tabik,
Yudhistira Mahasena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H