Kisah Law terus berlanjut di Tekken 7. Kini, karena sibuk melunasi utang putranya, Law tidak menyadari akan berapa banyak muridnya yang keluar dari dojo hingga hampir terlambat. Dengan sejumlah besar uang yang masih harus dibayar, Law kehabisan ide. Apalagi dia sudah semakin tua, jadi dia memutuskan untuk mencari orang yang dapat meneruskan dojo.
Law merekrut beberapa orang untuk menjadi penerus dojonya, namun tidak ada yang mau. Paul hampir menjadi penerus dojo Law, tetapi berpikir dojonya akan rusak dalam sehari jika Paul mengambil alih kendali atas dojo, Law menolak dengan sopan. Hingga suatu hari dia mendengar rumor bahwa Feng Wei akan menjadi master God Fist berikutnya. Law pun bertolak ke tanah nenek moyangnya, Cina.
Di Tekken 8, Law diceritakan jatuh miskin dan menjadi terikat pada konsep uang membuat dunia berputar. Satu-satunya harapannya adalah sukses pada tur berikutnya dan mengamankan hadiah uang yang sangat dia butuhkan. Dojonya pun diambil alih sebagai jaminan saat dia sedang pergi. Sementara itu dia masih terlilit utang karena kecelakaan motor anaknya.
Di Story Mode-nya Tekken 8, perlu diingat bahwa ending setiap karakter adalah skenario "what if" (bagaimana jika), jadi tidak benar-benar canon dengan cerita aslinya. Dalam kasus Law, setelah memenangkan turnamen King of Iron Fist 8 yang menjadi penentu siapa kepala baru Mishima Zaibatsu, dia menjadi orang kaya. Paul kemudian menghampiri Law dan memperlihatkannya tagihan yang harus dia bayar atas ganti rugi perang badar antara G Corporation dan Mishima Zaibatsu. Melihat jumlah tagihan yang segunung, banyak nolnya, Law pun jatuh mati. Paul pun menangis dan berkata pada Law bahwa dia belum membayar dia.
Secara visual, Law tidak banyak berubah sepanjang seri Tekken. Dia kerap digambarkan sebagai sosok pria keturunan Cina berambut hitam lurus, berotot, dan ke mana-mana hanya menggunakan celana. Namun yang seru adalah di Tekken 8, kali ini dia menggunakan senjata nunchuk.
Waduh, bagaimana kelanjutan perjuangan "The Legendary Dragon" di Tekken 9, ya?
Tabik,
Yudhistira Mahasena