Bismillahirrahmanirrahim.
Kemarin, episode terbaru Upin Ipin, yaitu "Abang atau Kakak", tayang perdana di MNCTV. Ketika saya menulis postingan ini, saya sedang berada di Jakarta untuk menginap di rumah kakak kedua mama saya di Depok, jadi saya melewatkan Upin Ipin, yang membuat saya sedikit sedih.
Tetapi ini detail ceritanya. Upin Ipin telat pulang ke rumah dan datang dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Kak Ros jelas marah.
Keesokan harinya, Kak Ros kembali marah-marah karena Upin Ipin telat mengantar nasi lemak ke restoran Uncle Muthu. Akibatnya, mereka diancam tidak makan siang.
Di restoran Uncle Muthu, Upin Ipin mempertanyakan apakah Uncle Muthu lebih senang punya abang atau kakak. Di bahasa Melayu, istilah "kakak" digunakan untuk kakak perempuan, sedangkan "abang" untuk kakak lelaki. Dan kebetulan Uncle Muthu punya abang, kakak, dan adik. Si kembar kemudian bertanya lagi apakah mereka galak dan suka marah-marah. Uncle Muthu menjawab terkadang.
Upin Ipin tidak langsung pulang. Mereka ke kedai runcit dan melihat Mail sedang bermain gitar. Abang Iz-lah yang mengajari Mail bermain gitar.
Upin Ipin kemudian menyanjung Mail karena beruntung punya Abang Iz, kakak lelaki yang baik, mau mengajarinya macam-macam dengan sabar, tanpa cepat naik darah. Abang Iz bahkan dengan senang hati membelikan Upin Ipin es krim.
Keesokan harinya, saat bermain di lapangan, Upin Ipin dkk. mengobrol tentang apakah teman-teman mereka lebih senang punya abang atau kakak. Dan dari sini kita tahu bahwa teman-teman si kembar ternyata rerata anak tunggal.
Mail senang punya abang seperti Abang Iz, tetapi banyak sekali yang harus dibagi, seperti kamar, tempat tidur, mainan, dan bahkan kasih sayang orang tua. Terkadang Abang Iz marah, namun dia hanya marah ketika Mail berbuat salah. Selebihnya Abang Iz penyabar. Benar-benar #Izcredible.
Ehsan, si Korea kaya, bersyukur menjadi anak lelaki tunggal, karena tidak ada yang harus dia bagi di rumah. Dia juga tidak pernah merasa sepi, karena dia punya daddy dan mommy yang baik dan sayang padanya, tanpa pilih kasih.
Mei Mei ingin sekali punya adik, karena dia ingin belajar bertanggung jawab sebagai seorang kakak (atau cici). Susanti lebih senang jadi anak tunggal, karena tidak perlu berbagi kasih sayang antara ayah dan ibu. Namun, dia sering merasa kesepian karena tidak punya teman bicara di rumah.
