Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Politik Kesehatan, BPJS, dan Defisit Komunikasi

24 Februari 2022   15:10 Diperbarui: 25 Februari 2022   17:05 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehat itu berharga. Pandemi mengajarkan hal penting pada dunia, bahwa status kesehatan mampu bertransformasi menjadi momok yang menakutkan. Sistem kesehatan di seluruh negara tidak siap dan kita belajar banyak atas kondisi wabah kali ini.

Kesehatan yang selama ini menjadi aspek politik yang terpinggirkan, menjadi poros sentral di masa pandemi. Bagaimana selanjutnya?

Persoalan kesehatan menjadi begitu berharga ketika berkaitan dengan aspek kehilangan nyawa dan kehidupan. Sakit, penyakit, dan kesakitan yang berpotensi pada terjadinya kematian -mortalitas dan kecacatan -morbiditas, jelas patut diupayakan untuk dihindari.

Terlebih bila hal jenis penyakit tersebut menjadi gangguan bagi ekosistem secara keseluruhan secara sistemik.

Diluar masalah pandemi, sektor kesehatan selalu menempati posisi tematik kelas dua. Pembahasan mengenai pentingnya kesehatan, dan termaktub pendidikan biasanya secara bersamaan, hanya menjadi bagian yang disuarakan menjelang masa kampanye politik.

Problematika kesehatan yang senyap dibahas, lalu berubah menjadi janji politik menjelang periode pemilihan. Pandemi seharusnya menampar keras realitas tersebut.

Kesehatan kini tidak bisa lagi dipandang persoalan remeh temeh, dari isu politik rendah -low politic menjadi poin politik tingkat tinggi -high politic.

Orientasi Manusia di BPJS Kesehatan

Kapasitas sistem kesehatan nasional memang belum terbilang ideal, meski memiliki program raksasa yang sangat kolosal, dengan menargetkan sasaran seluruh penduduk, yakni BPJS Kesehatan. Selama ini program jaminan tersebut selalu berhadapan dengan defisit anggaran.

Justru di masa pandemi, BPJS Kesehatan terlihat perkasa, memiliki buku neraca surplus. Banyak aspek yang menjadi sorotan, mulai dari selektifnya peserta datang ke pusat layanan kesehatan, hingga bertambahnya peserta non aktif karena ketidakmampuan membayar premi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun