Sensasional! Di periode panjang pandemi yang kini telah memasuki tahun kedua, psikologi publik terkuras, burnout terjadi. Sebuah durasi penuh tekanan emosional yang sangat melelahkan.
Pandemi dapat dimaknai sebagai masa ketidakpastian. Tidak ada yang pernah mengetahui kapan semuanya akan berakhir? Serta bagaimana pengakhiran itu terjadi?.
Dalam ruang yang berfluktuasi tersebut, terjadi ketercampuran antara pengetahuan dan ketidaktahuan. Kebohongan dan kebenaran tersamar dalam keriuhan wacana.
Keberadaan media sosial menjadi arena terbuka, layaknya panggung setara bagi semua aktor. Mereka yang mampu mempergunakan media sosial dengan lihai, menggaet perhatian publik.Â
Sorot lampu itu kini tertuju ke dr Lois Owien, dengan gempitanya menjelaskan penyangkalan atas pandemi Covid-19. Fenomena dr Lois, sesungguhnya merupakan puncak gunung es.
Situasi dimana terjadi ketiadaan sumber informasi yang dapat diandalkan oleh publik, menyebabkan penyangkalan -denial menjadi mekanisme pertahanan yang dilakukan.
Publik yang berada dalam kebimbangan, sulit untuk melihat sisi terang kebenaran ilmu pengetahuan. Para tokoh informal memainkan peran di media sosial membentuk opini berbeda.
Persis Tom Nichols, Matinya Kepakaran, 2019, para pakar seolah menghilang di kebisingan media sosial. Para aktor yang tampil dengan berbekal factoid -fakta semu justru diminati publik.
Efek psikologis Dunning Kruger bekerja, mereka yang muncul dengan tingkat kepercayaan diri tinggi serta bersuara lantang, justru mampu mengalahkan pihak dengan kompetensi .Â
Para pakar kalah suara, kalah ramai, kalah jumlah pengikut -follower. Suara pakar tenggelam dan ditelan sorak sorai para pembentuk opini. Dalam ilmu komunikasi terbentuk efek ikutan -bandwagon.
Dalam lingkungan informasi -infosfer, apa yang terjadi saat ini dengan mengambil kasus dr Lois di masa pandemi tidak ubah layaknya polutan yang mencemari ruang bernafas publik.