Survei dan Jarak Realitas
Mungkinkah survei berbeda dari realitas? Bisa dan memungkinkan saja hal itu terjadi. Survei menjadi ruang simulasi, dengan upaya memunculkan konstruksi citra.
Sesuai dengan konsepsi citra menurut Baudrillard, maka survei bisa secara sekaligus membentuk citra sekaligus mendistorsi informasi yang datang bersamanya.
Sekurangnya, imaji sebagaimana citra dipahami melalui perspektif Baudrillard menempatkan, (i) citra sebagai representasi realitas, (ii) citra yang menyelewengkan realitas, (iii) citra guna menyembunyikan realitas, hingga (iv) citra tidak berhubungan dengan realitas.
Karena itu, survei dapat menjadi berjarak dengan realitas bila tujuannya tidak didekatkan pada kepentingan dominan publik, dibandingkan mengikuti kehendak kekuasaan.
Diliputi kondisi pandemi, dapat dipastikan: mobilitas terbatas, ekonomi berdenyut lemah, pengangguran, kemiskinan dan korban PHK bertambah, selain angka kematian dan penularan.
Kita perlu membaca serta mengkaji hasil survei, bila terjadi senjang jarak atas realitas dari kesimpulan survei yang dibuat, hal itu dapat menggugah nalar kritis untuk menimbang urgensi survei yang dibuat.
Angka-angka tidak berbicara, mereka bergerak atas tafsir pembacanya, dan seluruh arah kuasa, disanalah kedudukan etika dan moralitas menjadi penjaga marah para peneliti yang terlibat dalam sebuah survei.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H