Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menyelami Makna Melalui Komunikasi Sastra

10 November 2020   05:08 Diperbarui: 10 November 2020   05:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan itu menaikan martabat..

Kekuasaan kadang membuat kita nekat..

Wahai kita..

Kekuasaan itu jangan dicari..

Tergambar jelas bagaimana kritik terbuka tersemat dalam larik-larik tersebut. Bait yang terbentuk menyampaikan pesan tentang jerat kekuasaan dalam jebakan hasrat duniawi, berhadapan dengan kewajiban menjaga amanah.

Tidak mudah menyusun argumen gugatan yang terstruktur dalam runtutan syair. Bentuk sastra hadir sebagai format seni, memenuhi ruang estetik tetapi membawa nilai-nilai etik, karenanya sastra yang adiluhung menguatkan norma.

Membaca keseluruhan buku tersebut, seolah beroleh ilustrasi ruang kebebasan Heri Budianto dalam mengolah pengalaman empirik kehidupannya yang hendak dibagikan kepada pembaca. Merentang dari bakti pada orang tua, nasihat diri, hingga hal-hal keseharian.

Lihat saja dalam puisi Badai, h.89,

Gemuruh rumahku..

Hempasan tak tentu

Kreek, kreek..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun