Kekuasaan itu menaikan martabat..
Kekuasaan kadang membuat kita nekat..
Wahai kita..
Kekuasaan itu jangan dicari..
Tergambar jelas bagaimana kritik terbuka tersemat dalam larik-larik tersebut. Bait yang terbentuk menyampaikan pesan tentang jerat kekuasaan dalam jebakan hasrat duniawi, berhadapan dengan kewajiban menjaga amanah.
Tidak mudah menyusun argumen gugatan yang terstruktur dalam runtutan syair. Bentuk sastra hadir sebagai format seni, memenuhi ruang estetik tetapi membawa nilai-nilai etik, karenanya sastra yang adiluhung menguatkan norma.
Membaca keseluruhan buku tersebut, seolah beroleh ilustrasi ruang kebebasan Heri Budianto dalam mengolah pengalaman empirik kehidupannya yang hendak dibagikan kepada pembaca. Merentang dari bakti pada orang tua, nasihat diri, hingga hal-hal keseharian.
Lihat saja dalam puisi Badai, h.89,
Gemuruh rumahku..
Hempasan tak tentu
Kreek, kreek..