Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Komunikasi Krisis di Panggung Drama Politik

9 Oktober 2020   07:27 Diperbarui: 9 Oktober 2020   12:55 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS/DIDIE SW)

Lantas, jika keputusan pengesahan peraturan diibaratkan sebagai panggung drama, maka di sisa babak pertunjukan apakah akan berakhir happy ending atau sebaliknya?

Pertarungan wacana dan krisis yang memuncak, mengharuskan para pihak yang terlibat di dalam konflik, memulai kembali mengurai proses komunikasi terbuka untuk mencapai resolusi akhir. Tentu semua pihak berharap, sebagaimana judulnya UU Cipta Kerja, akan mampu membuka pintu gerbang kesejahteraan bangsa, dengan menciptakan sebanyak mungkin lapangan kerja.

Dalam tahap akhir komunikasi krisis, kesepahaman dan persetujuan akan menjadi langkah terbaik, agar kondisi yang tercipta tidak memperparah fase krisis serta menimbulkan kerusakan yang lebih luas. Lagi-lagi proses komunikasi dibutuhkan, tidak hanya untuk menjelaskan, tetapi sekaligus menenangkan.

Jalinan komunikasi di periode krisis, diartikan sebagai upaya untuk membangun kepercayaan, dan untuk menciptakan rasa percaya diperlukan pembuktian. 

Publik yang kerap kali kecewa dan dikecewakan oleh perilaku elite, secara psikologis kehilangan kemampuan menaruh rasa percaya. Situasi ini membutuhkan upaya pemulihan atas trauma publik. Para elite harus memahami itu.

Bila kemudian puluhan menteri dari kabinet pemerintah, beramai-ramai melakukan upaya penjelasan melalui konferensi pers, sebagaimana yang telah dilakukan, agaknya hal itu menjadi langkah yang terlambat dalam menjawab berbagai pertanyaan publik selama ini. 

Pada situasi pandemi, seiring dengan menyusutnya pertumbuhan industri serta ekonomi, polemik UU Cipta Kerja harus diakhiri. 

Berkonsentrasi pada penuntasan pandemi (fight to flatten) dan bersiap untuk menghadapi pasca pandemi (future), bila kebijakan yang diambil keliru dalam mempersiapkan kondisi-kondisi tersebut, bukan tidak mungkin kondisi pemulihan (recovery) akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Segera perbaiki!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun