Kekuatan media, terletak pada kemampuan persuasinya. Membentuk opini publik. Perspektif media, membingkai sebuah fakta menjadi sudut penilaian. Framing adalah cara kerja yang dipergunakan, untuk membentuk kesimpulan
Maka fenomena ini, menjelaskan teori agenda setting, Lippmann, 1922, bahwa fakta diterima publik tidak dengan apa adanya, melainkan apa yang dianggap sebagai kenyataan. Dengan demikian, media memiliki fungsi untuk membuat agenda media, menjadi agenda publik, untuk dapat mempengaruhi agenda kebijakan. Kebenaran menjadi sangat relatif, alias half truth, menjadi kebenaran setengah, yang sisanya diisi dengan interpretasi.
Maka pilihan atas interpretasi fakta, akan sangat bergantung pada arus kepentingan pemilik media, dengan ragam kepentingan politik ekonominya. Konflik kepentingan itu, menempatkan awak media terjebak dalam pragmatisme. Sebuah pilihan yang sulit, terlebih dalam himpitan persaingan media.
Ekosistem Media
Catatan yang disampaikan pada Hari Pers Nasional adalah tentang pembangunan ekosistem media. Format ekosistem harus mampu menciptakan ruang tumbuh media, dalam menjaga demokrasi. Bukan justru membebek pada kepentingan kekuasaan.
Termasuk membentuk ruang setara yang berimbang, bagi media mainstream yang berhadapan dengan new media sebagaimana media online berbasis internet dan penyedia platform. Ruang media yang semakin sesak, membuat pilihan untuk bisa tetap survive jatuh pada kepentingan jangka pendek.
Kekuatan media mainstream, pada persoalan kurasi dan verifikasi, mendadak harus berhadapan dengan media realtime, yang mendasarkan dirinya pada kecepatan distribusi informasi. Tidak urung membuat media arus utama, mulai menjurus upaya mencari sensasi dan kontroversi. Judul yang clickbait, mendistorsi arus informasi.
Ekosistem yang sehat, harus mendasarkan dirinya pada kepentingan para pihak. Publik sebagai khalayak penerima, kekuasaan selaku pihak penentu regulasi, organisasi media selaku dapur produksi, serta menaungi kepentingan ekonomi dari industri media, perlu direformulasi secara kekinian. Literasi publik dan integritas media adalah ukurannya.
Dengan ekosistem yang sehat, akan mampu menjaga objektivitas dan netralitas media. Menjadi lebih berorientasi pada kepentingan publik, dibanding harus mengambil posisi partisan, untuk mendapatkan keuntungan sesaat, guna terhindar dari kepunahan.
Media adalah alat pencerah bangsa. Peran dan tugas media, justru seharusnya menjadi pengawas bagi kepentingan publik. Membuka ruang gelap, yang luput dari kemampuan perhatian publik. Menjadi perpanjangan tangan dan kanal bagi publik. Bukan sekedar corong pengumuman untuk kekuasaan.
Oligarki dalam Demokrasi