Kita memang tengah berhadapan dengan situasi riil sedemikian. Budaya adiluhung memang menjadi budaya massa. Dalam pandangan Edward T Hall, memang terdapat pilihan untuk menggunakan high context culture -komunikasi budaya tinggi yang implisit berpangkal pada aspek kolektivitas, maupun low context culture -komunikasi budaya rendah yang eksplisit dan individual.Â
Dengan begitu, kita perlu melihat bingkai suasana dalam komunikasi. Sayangnya, wacana yang dibangun di dunia digital seringkali tidak melihat proporsi hal tersebut. Kemampuan melewati rintangan baru adalah refleksi peradaban serta budaya kita sebagai sebuah bangsa dan negara.
Maka butuh peran serta dan partisipasi aktif publik untuk bisa menempatkan diri sebagaimana citizen yang bertanggung jawab di dunia riil, pun ketika menjadi netizen pada dunia digital. Padahal kita membutuhkan kolaborasi bukan polarisasi.
Sementara para pencipta kebingungan, bias informasi dan pihak-pihak yang mengangguk untung dari kisruh komunikasi dunia digital akan lenyap selaras dengan kesadaran dan kewarasan kita bersosial media. Mampukah kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H