Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspada Krisis, Menjejak Dimensi Ekonomi

6 September 2018   10:12 Diperbarui: 6 September 2018   10:58 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal lain yang juga dikemukakan adalah faktor fundamental dan psikologis, sebagai pembentuk kondisi pasar. Jika aspek fundamental berbicara tentang hubungan tendensi jual-beli secara langsung, maka persoalan psikologis berbicara tentang perilaku atau hal-hal non riil, sehingga rumor dan isu menjadi sensitif pada sebuah pasar.

Misalnya kelangkaan adalah kondisi siklik dari perubahan permintaan dan penawaran, harga akan terbentuk secara rasional diantaranya. Bila diboboti dengan situasi psikologis, maka harga bisa jadi liar diluar kewajaran, bisa jadi ulah spekulan yang mengail untung dalam kesempitan.

Saat ini, kita berhadapan dengan faktor politik baik di dalam maupunluar negeri, yang memberi pengaruh langsung ataupun tidak langsung atas soalan ekonomi, jadi perlu pengelolaan yang lebih baik dalam hal ini.

Siapa yang akan terlibat? Posisi berperannya stakeholder politik, mulai dari pemerintah dan legislatif melalui instrumen kebijakan, serta partai politik beserta elit yang berkepentingan terhadap upaya menggalang kepentingan bersama, termasuk diantara simpatisan lovers and haters yang akhir-akhir ini semakin terpolarisasi dalam dua kubu yang seolah berjarak.

Produksi-Konsumsi

Pertumbuhan domestik, ditengarai lebih ditopang oleh aspek konsumsi, sesuatu yang hasilnya juga baik bagi situasi ekonomi. Dilain sisi, kapasitas produksi lokal untuk kebutuhan konsumsi dasar tidak terbangun dengan kokoh. Asumsi yang ditawarkan adalah dibandingkan produksi lokal dengan harga harga yang tinggi, maka menjadi agen penjual perantara dari luar negeri justru lebih menguntungkan, karena harga yang murah.

Logika ini harus didekonstruksi, karena menjadi pedagang antara dan melepas potensi kemampuan produksi membuat kita menjadi bergantung pada pihak lain, yang kemudian rentan untuk mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Bagaimana dekonstruksinya? Regulasi investasi, insentif dunia usaha dan kepastian waktu dan biaya perijinan diluar intervensi logika kekuasaan dan popularitas politik.

Pilihan pembangunan infrastruktur sudah menjadi faktor jangka panjang, dan hal itu akan berdampak baik bila dilakukan secara bijaksana. Prioritas pembangunan disusun, karena keterbatasan sumber finansial yang dimiliki, dan proses pembangunan berkelanjutan tidak hanya melihat dalam kurun waktu yang pendek tetapi bisa menjadi program multiyears pada periode selanjutnya. Prinsip pembangunan tentu bukan sulap dan sihir seperti membangun prasasti monumental layaknya candi Prambanan.

Eksport-Import

Menjual bahan mentah membeli barang jadi, ataukah menjual barang jadi dan membeli bahan mentah? Pilihan eksport maupun import harus diposisikan pada kemampuan ekonomi yang saat ini ada dan yang akan dikembangkan kemudian hari.

Kekayaan sumberdaya alam kita melimpah, tetapi hanya berfokus pada jualan raw material dan tidak memberi nilai tambah, akan berpotensi loss gain, fase adopsi teknologi harus terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun