Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Citra dan Negosiasi Wajah

14 April 2018   11:51 Diperbarui: 14 April 2018   11:58 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah alias muka, adalah kias dari perwujudan dapur Anda. Jadi jaga wajah Anda agar imaji tentang kesan positif muncul. Bukan sekedar soal aura, tapi tentang konseptualisasi komunikasi melalui wajah kita masing-masing.

Mau ditaruh dimana muka ini? Ungkapan pernyataan tersebut adalah ungkapan, dalam permaknaan bahwa wajah adalah bentuk komunikasi akan konsepsi diri.

Muka Anda adalah elemen penting, bukan sekedar aspek fisik, tetapi juga tentang komunikasi non verbal dan konstruksi konseptual tentang pemahaman diri.

Pendekatan tentang komunikasi negosiasi wajah, mengungkapkan bahwa wajah memiliki latar belakang kultural dan interaksi sosial. Metafora wajah terpisah dari realitas fisik wajah yang bisa berbeda antar individu, tetapi wajah bisa memiliki persamaan dalam aspek sosial budaya.

Secara general, kita menginginkan wajah positif menjadi citra diri, untuk memiliki kecenderungan disukai, dibandingkan menampilkan wajah negatif yang mengganggu.

Identitas dalam Wajah

Aspek non verbal menjadi hal penting, guna menafsir tendensi komunikasi dari parapihak yang berkepentingan didalam komunikasi. Ketika negosiasi wajah terjadi, maka terdapat identitas yang dilekatkan pada wajah mereka yang berkomunikasi dalam makna metafor.

Menariknya konstruksi wajah pemimpin, menjadi representasi dari pihak yang diwakilkan. Pada lingkup ranah sosial, wajah identitas melembaga dalam berbagai institusi dan ikatan sosial.

Pada tingkat internasional, wajah kenegaraan terwujud dalam ekspresi yang berbeda-beda. Korea Selatan, Amerika Serikat, Cina, Rusia, Jepang dan berbagai negara lain, membawa wajah identitasnya spesifik.

Sementara dikancah domestik, periode tahun politik menjadi momentum penting, untuk melihat wajah partai dan para aktor politik, bagaimana identitas dalam wajah organisasi dihadirkan ketengah kelompok pemilih.

Wajah itu bisa tampak natural, menampilkan sifat asli dasarnya, atau bisa dikonstruksi dalam kepentingan tertentu dan sesaat. Menimbulkan sensasi baru, dari tampilan yang berbeda atas karakter dasarnya.

Kepalsuan wajah, sangat mungkin dipahami sebagai upaya untuk menarik simpati, mendapatkan dukungan dan menjadi pilihan bagi publik dengan sekuat mungkin menonjolkan wajah positif yang menyenangkan.

Bilamana wajah itu berubah? Ketika tujuan dari orientasi negosiasi wajah yang disetting serta dipergunakan, telah mendapatkan hasil sesuai ekspektasi yang diharapkan. Kepalsuan kemudian luntur, menampilkan wajah dalam bentuk keasliannya.

Solidaritas semu, atas wajah palsu, hanya akan bersifat temporer, tidak permanen sesuai kepentingan sesaat. Sesungguhnya, upaya organik dalam membangun simpati berkesinambungan adalah dengan merubah wajah yang menampilkan keakuan menjadi wajah bersama dalam makna kita.

Bersatunya karakter dasar dan negosiasi wajah, adalah bentuk alamiah dari interaksi dan konstruksi sosial dalam hakikat kesejatian.

Jadi mulailah menebak selubung topeng dari wajah-wajah palsu yang akan ditampilkan para pemilik kepentingan di tahun politik, jangan sampai salah menilai wajah, apalagi hanya sekedar citra media yang sarat rekayasa!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun