Kepalsuan wajah, sangat mungkin dipahami sebagai upaya untuk menarik simpati, mendapatkan dukungan dan menjadi pilihan bagi publik dengan sekuat mungkin menonjolkan wajah positif yang menyenangkan.
Bilamana wajah itu berubah? Ketika tujuan dari orientasi negosiasi wajah yang disetting serta dipergunakan, telah mendapatkan hasil sesuai ekspektasi yang diharapkan. Kepalsuan kemudian luntur, menampilkan wajah dalam bentuk keasliannya.
Solidaritas semu, atas wajah palsu, hanya akan bersifat temporer, tidak permanen sesuai kepentingan sesaat. Sesungguhnya, upaya organik dalam membangun simpati berkesinambungan adalah dengan merubah wajah yang menampilkan keakuan menjadi wajah bersama dalam makna kita.
Bersatunya karakter dasar dan negosiasi wajah, adalah bentuk alamiah dari interaksi dan konstruksi sosial dalam hakikat kesejatian.
Jadi mulailah menebak selubung topeng dari wajah-wajah palsu yang akan ditampilkan para pemilik kepentingan di tahun politik, jangan sampai salah menilai wajah, apalagi hanya sekedar citra media yang sarat rekayasa!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H