Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Internet dan Relasi Kuasa Negara, Studi Kasus Tiongkok

29 Desember 2017   04:49 Diperbarui: 29 Desember 2017   04:58 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Salah satu hal yang menandai perbedaan abad ini adalah arus informasi dan teknologi berdasarkan perkembangan pengetahuan.

Hal itu pula yang disadari Tiongkok, dalam memposisikan dirinya pada pusaran globalisasi. Tidak mudah membangun tembok pelapis proteksi negara, layaknya tembo besar Tiongkok, ditengah keterhubungan antarnegara didunia saat ini, termasuk sharing akan informasi dan pengetahuan.

Setidaknya demikian yang menjadi uraian Saud Siringo-ringo pada buku Internet di Tiongkok: Negara Menaklukan Bisnis. Studi kasus Tiongkok memang menarik, karena karakteristik khas negeri tirai bambu tersebut.

Tiongkok adalah kekuatan ekonomi baru, populasi yang masif dan menjadi motor bagi pergerakan serta pertumbuhan ekonomi dunia.

Hal spesifik yang menjadi pembedanya adalah sistem pemerintahan komunis yang dianutnya. Meski secara politik, negeri ini ber-ideologi tunggal dengan azas komunisme, tetapi Tiongkok telah melakukan reformasi ekonomi sejak 1978 menggunakan pendekatan industrial dan terbuka.

Pemerintahan yang tertutup, tetapi membuka diri pada sektor ekonomi, membuat seolah terjadi dualisme didalam negeri Panda tersebut.

Tetapi ekonomi disubordinasi serta tunduk dibawah kepemimpinan politik, meski terdapat ambigu akan nasib ideologinya dimasa depan, bagi negara berpenduduk sekitar 1.36 miliar jiwa ini.

Para pemimpin Tiongkok memahami bahwa negara dan pelaku bisnis dapat bersinergi, utamanya dalam mendorong kemajuan perekonomian.

Negara memiliki peran regulasi dan otorisasi, khususnya berkenaan dengan kewenangan dalam kekuasaan. Sementara dunia bisnis, menstimulasi gerak ekonomi, menghadirkan inovasi dan pertumbuhan.

Pada dasarnya negara secara sendiri, tidak cukup mampu menjadi regulator sekaligus operator, bagi kemajuan perekonomian tanpa mendapat dukungan pihak swasta.

Internet dalam Pengawasan dan Restriksi

Perubahan yang tidak dapat dilawan adalah kemajuan jaman. Dialektika adalah rumusan dari pergerakan yang dinamis. Prinsip ekonomi baru, berhadapan dengan pandangan konvensional.

Teknologi informasi dan terbentuknya jejaring interaksi dunia melalui internet adalah hal yang tidak dapat dibendung lagi, termasuk bagi Tiongkok.

Bahwa melalui transfer teknologi dan ilmu pengetahuan melalui internetlah, yang dapat mendorong pola ekonomi baru, namun tetap dikontrol ketat sebagai syarat stabilisasi politik.

Melalui pengembangan akses internet terkendali, cara berpikir dan bersikap serta bertindak masyarakat Tiongkok dalam arah ekonomi globalisasi dunia mengalami perubahan secara inkremental dan perlahan.

Berbagai perusahaan teknologi dunia, tidak melewatkan potensi pasar Tiongkok. Data pengguna internet menunjukan, sekitar 750 juta penduduk telah terkoneksi melalui internet pada 2015.

Negara memberikan ruang bagi inisiatif swasta domestik, untuk mengisi kekosongan dalam hal teknologi dan internet, sebelum memberikan kesempatan bagi pemain global. Local first.

Maka bermunculan Alibaba, Weibo hingga Xiaomi, yang menjadi kumpulan pemain kuat. Syarat perkembangan perusahaan teknologi dan internet lokal, adalah tunduk tanpa terkecuali kepada peraturan pemerintah.

Prasyarat yang sama kemudian baru ditawarkan kepada pelaku teknologi internasional yang hendak masuk. Tiongkok is the next best thing, tentu dengan potensi pasarnya, dan adaptasi bisnis diperlukan mengatasi rigiditas peraturan.

Pemerintah Tiongkok membentuk berbagai aturan terkait (1)porsi kepemilikan perusahaan teknologi dan internet asing dibatasi tidak lebih dari 50% (2)pemerintah melakukan sistem proteksi dengan firewall terintegrasi nasional (3)seluruh perusahaan asing bersedia dan harus tunduk, atas seluruh kebijakan yang diambil pemerintah tanpa terkecuali (4)populasi PC dan gadget teregister secara nasional.

Negara mengambil peran sebagai polisi sekaligus intelejen. Hal tersebut dikarenakan potensi banjir informasi, yang sangat mungkin dapat disusupi banyak kepentingan.

Produksi kebenaran hanya datang dari pemerintah, bermakna tafsir tunggal. Segala sesuatu yang berbeda dari informasi serta keterangan pemerintah berarti sebagai hal yang salah, sekaligus dapat berujung pada hukum positif.

Internet diawasi secara melekat. Tiada kebebasan, stabilisasi iklim politik dalam negeri Tiongkok dijaga secara kondusif dan berkelanjutan.

Tidak ada ruang negosiasi, terutama bagi investor asing, pilihannya hanya patuh atau keluar dari Tiongkok.

Kisah Yahoo untuk masuk ke Tiongkok, adalah ilustrasi bagaimana bisnis global menjajaki pangsa pasar potensial dunia. Termasuk mengakuisisi sebagian saham Alibaba, sebagai perusahaan lokal.

Langkah tersebut merupakan strategi untuk bisa berkolaborasi dengan inisiatif lokal dan memperbesar marketshare di Tiongkok. Pilihan moderasi strategi bisnis global dengan menimbang potensi pasar Tiongkok, adalah hal yang dianggap setara.

Termasuk diantaranya melakukan evaluasi konten yang sensitif, khususnya dalam konteks politik, mereduksi komunikasi informasi yang berkaitan tematik demokrasi, adalah langkah diambil Yahoo agar bisa adaptif dengan pemerintahan Tiongkok.

Tiongkok seolah menjadi terbuka, sekaligus pada saat yang bersamaan tertutup. Dalam kancah globalisasi, negeri tirai bambu mendorong dinamika eksternal, melalui stabilisasi faktor internal khususnya aspek politik.

Wajah Tiongkok memang mendapatkan tantangan berat, ketika teknologi menjadi sarana vital menjawab persoalan interdependensi global, yang saling terkait dalam network internasional, berhadapan dengan ideologi.

Sampai saat ini, Tiongkok masih mampu melakukan pengelolaan pertentangan kondisi tersebut, melalui kontrol ketat dan monopolitik dibawah perspektif negara.

Tantangan terbesar seiring terbukanya pemahaman dan ilmu pengetahuan, yang hadir bersama dengan internet, adalah terbentuknya sebuah kesadaran baru.

Akankah Tiongkok masih mampu bertahan dengan menggunakan model pemerintahan yang sama? Sejatinya, ketika pengetahuan hadir memenuhi ruang kesadaran dan cara berpikir publik, maka isme-isme ideologi seolah menjadi usang dan tidak relevan, hingga patut direvitalisasi agar selaras dengan kemajuan jaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun