Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mungkinkah "Kewirausahaan" dalam Praktik Keperawatan?

14 Desember 2017   15:45 Diperbarui: 14 Desember 2017   15:52 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meski telah menjadi tujuan dari medical tourism, dimana pusat layanan kesehatan di Thailand merupakan bagian dari destinasi pelayanan kesehatan, khususnya diranah medis Thailand memiliki keunggulan pada aspek bedah estetik, tapi peran perawat memang belum superior dan bisa melepaskan diri secara mandiri.

Hal serupa secara tipikal terjadi di Kamboja, hanya 0.5% dari seluruh lapisan perawat dinegeri itu yang memiliki bisnis sendiri dibidang keperawatan. Padahal peluang yang tersedia tidak kalah banyaknya, kendala terbesarnya adalah ketidakmampuan dalam mengelola peluang yang tersedia. Peluang yang ada tidak mampu dimonetisasi menjadi uang.

Dalam aspek general, problem utamanya sama, dipersoalan mentalitas. Meski tidak dipungkiri, mentalitas dibentuk dari kepercayaan diri akan kemampuan profesi, melalui pemenuhan aspek kompetensi (knowledge, skill, attitude). Syarat utamanya, perawat memiliki motivasi untuk berpindah kuadrant dari employee menjadi self employee sebelum masuk ke berbagai kuadrant lain seperti yang diungkap Robert Kyosaki dalam buku The CashFlow Quadrant.

Disamping itu, perlu upaya sistematik mendorong perubahan paradigm bekerja menjadi berwirausaha. Perlu menciptakan sikap kepemimpinan, keberanian melakukan eksekusi, mengelola resiko, hingga memiliki visi serta wawasan yang cukup, dalam upaya membuat kompetensi keperawatan yang dimiliki, menjadi sebuah keunggulan untuk memulai jiwa entrepreneur dalam bentuk praktik mandiri keperawatan.

Semoga saja masalah ini bisa terpecahkan, sehingga kita mampu mengubah kuantitas menjadi kualitas sumberdaya manusia dalam persaingan dimasa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun