Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan Ekonomi Kita: (Tidak) Ada Simsalabim

10 Juli 2015   15:20 Diperbarui: 10 Juli 2015   15:25 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Upaya membangun optimisme akan masa depan ekonomi Indonesia ditunjukkan dalam forum silaturahim yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bertajuk "Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi".

Hadirnya Presiden dihadapan para penguasaha dan  pelaku industri nasional ini menjadi penting dalam kerangka strategis, sekaligus menjadi upaya menepis serangan tentang minimnya respon pemerintah atas kondisi ekonomi global yang berdampak pada problematika ekonomi lokal.

Bagaimana tidak, longsornya nilai tukar lebih dari nilai fundamentalnya yang ditaksir sekitar Rp12.900,-/ U$ dollar, masih ditambah lagi dengan melorotnya nilai perdagangan indeks dibursa membuat kondisi semakin mencekam, terlebih Yunani menjadi contoh negara gagal dalam mengatur hutang.

Lebih jauh lagi, kondisi global yang mengkhawatirkan belum mendapatkan titik terang yang signifikan. Kondisi ini diperparah oleh situasi yang terjadi di China yang saat ini menjadi mesin penggerak ekonomi ditingkat dunia yang mengalami kemunduran.

Hal itu terlihat dari perlambatan pembangunan di China, rasio hutang yang 284% terhadap Produk Domestik Bruto -PDB disertai dengan penghentian transaksi dibursa saham yang anjlok hingga 32%. Seluruh kondisi eksternal tersebut jelas berpengaruh pada gejolak ditingkat domestik.

Kerangka Kerja Ekonomi Kabinet Kerja

Apa yang dilakukan ISEI dengan menghadirkan Presiden Jokowi adalah sebuah terobosan yang perlu diapresiasi, karena momentum ini harus dipergunakan agar pemerintah mampu menjelaskan posisinya atas kondisi ekonomi aktual yang meresahkan dunia usaha.

Presiden beserta aparatur dibawahnya memang harus sigap menangkap isyarat dan sinyalemen yang terjadi dipasar. Tidak bisa abai atas kondisi yang berubah, karena kemampuan untuk merumuskan strategi antisipasi menjadi penting untuk mengatasi gonjang-ganjing ekonomi dunia.

Anjuran Presiden untuk pelaku bisnis swasta berpartisipasi dalam pembangunan dan tidak hanya bersikap wait and see adalah sebuah persuasi yang baik. Namun memang dalam prespektif pengusaha, harus ada jaminan kepastian akan kerangka kerja yang ditawarkan lebih dari sekedar ajakan formalitas semata.

Nampak jelas Presiden hendak memberikan penjelasan tentang arah positif pembangunan yang dilakukan saat ini. Berbagai pekerjaan infrastruktur mendasar sedang menjadi fokus prioritas yang diharapkan menjadi supporting gerak bagi pelaku dunia usaha.

Meski disebutkan pula bahwa pekerjaan ini bukan hal yang sekejap layaknya Simsalabim dunia sulap, namun Presiden hendaknya memberikan jaminan kepastian bahwa tidak akan terjadi perubahan kebijakan terkait iklim bisnis domestik.

Problematika mendasar yang harus segera dibenahi oleh Presiden, tentu juga terbilang banyak yang akan dijadikan sebagai pekerjaan rumah. Diantaranya soal kelambanan birokrasi, serapan anggaran yang rendah, padahal konsumsi pemerintah harus digenjot untuk menggairahkan ekonomi lokal.

Kabinet kerja belum responsif dan cekatan dalam melihat gelagat perubahan ekonomi. Dititik ini kerangka koordinasi perlu dirumuskan dalam formulasi yang sesuai dengankebutuhan gerak cepat dunia usaha.

Termasuk diantaranya, Presiden memang harus membentuk mentalitas baru dari hubungan tripartid pengusaha-pemerintah dan pekerja. Karena isu diseputaran segitiga saling terkait ini, kerap kali menjadi komoditas politik hingga mengabaikan makna stabilitas ekonomi sebagai faktor penting.

Pada pertemuan Silaturahim Presiden dengan para pebisnis kali ini, tentunya harus menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan secara cepat dan tepat, mangatasi gejolak perubahan yang tidak tentu arah dalam kegetingan.

Simsalabim hanya akan terjadi bila semua pihak melihat dalam kerangka kepentingan bersama bukan untuk diri pribadi semata, menyisihkan problem politik secara subordinasi atas persoalan ekonomi. Bila hal ini dapat dilakukan, maka saatnya kita berkata: SEMPURNA ala magician terkenal dilayar kaca.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun