Meski baru menjelang akhir Ramadhan, namun gempita suasana mudik sudah mulai terasa. Berbagai moda angkutan mengalami peningkatan penumpang. Sarana transportasi darat, laut dan udara menjadi tumpuan untuk dapat melaksanakan kebiasaan yang hadir bersamaan dengan Hari Raya Idul Fitri.
Pulang ke kampung halaman adalah tradisi lokal yang menjadi semacam bagian dari keseharian kehidupan kita. Tidak lengkap rasanya bila kemudian berlebaran, sebagai momentum sakral yang hanya datang setahun sekali dalam satu periode tertentu, kemudian tidak dimanfaatkan untuk bertemu sanak keluarga serta handai taulan.
Apa saja yang kemudian terjadi dengan proses migrasi tersebut? Ibukota mendadak sepi, hiruk pikuk pemilik rumah mengerjakan semua pekerjaan sendiri lantaran si embak sedang mengurai rindu pada keluarga ditanah kelahirannya. Tidak hanya itu, umumnya tingkat hunian hotel dan tempat wisata mengalami lonjakan pelanggan.
Berkat tunjangan hari raya, maka ber-lebaran menjadi hal yang istimewa. Makanan dan pakaian yang terbaik melengkapi kebahagiaan tersebut. Berbagi rejeki kepada tetanga dan anak-anak kecil menjadi sebuah hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan dengan senyum sumringah. Tiada berat mengeluarkan senilai uang untuk berbagi kesenangan bagi anak-anak agar dapat beroleh membeli mainan.
Arus migrasi kembali ke desa ini disertai dengan perputaran uang. Perekonomi desa yang biasanya senyap, menjadi bergairah. Andai bisa berlangsung terus sepanjang tahun, tentu desa menjadi daya tarik ekonomi tersendiri, yang tidak membiarkan orang yang berada didalamnya pergi ke kota hanya untuk beradu nasib.
Matematika Ramadhan
Sesuai dengan preduksi, diperkirakan perputaran uang selama puasa dan lebaran tahun ini sekitar Rp 125,2 triliun. Nilai sebesar ini mengindikasikan tingginya pertambahan konsumsi masyarakat saat merayakan hari kemenangan.
Perkiraan jumlah uang beredar tersebut mengalami peningkatan signifikan, dari tahun sebelumnya yang hanya mencatat sebesar Rp 103,2 triliun. Namun harus tetap waspada, karena dibalik setiap peluang bisa jadi motivasi kejahatan muncul.
Berdasarkan jumlah kejadian dan temuan dalam rentang periode Januari-Mei 2015, ditemukan setidaknya 184.783 lembar uang palsu, dimana angka mengalani kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya, 38.656 lembar
Sepanjang jalur mudik akan ramai kehidupan ekonomi, sesuai dengan prediksi atas perhitungan jumlah kendaraan arus mudik tahun ini akan mencapai 141.864 kendaraan perhari, tumbuh 10% dibanding mudik 2015.
Sekurangnya 20 juta orang lebih akan melakukan mudik. Meski moda transportasi darat masih dominan, dengan penggunaan sekitar 1,6 juta unit mobil pribadi -naik 5,8% dan 2 juta lebih unit sepeda motor -meningkat 7,77%.
Kalau sudah begini, kenapa para pemangku kepentingan tidak berpikir strategis lebih jauh kedepan dengan melihat bahwa pada dasarnya kehendak untuk guyub bersama keluarga dikampung halaman adalah bagian dari budaya kita.
Pengembangan potensi ekonomi desa, tentu membantu mengurangi beban tekanan diperkotaan, mereduksi terjadinya urbanisasi, memeratakan arah pembangunan dimulai dari desa sebagai unit terkecil.
Karenanya, dana desa yang sudah menjadi bagian dari alokasi anggaran pemerintah, sebesar Rp 20 triliun yang akan disalurkan kepada 74.053 ribu desa harus dikelola selayaknya kita melihat efek ekonomi dari Ramadhan dan kerinduan untuk berkumpul dikampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H