Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Revolusi Twitter & Akun Pak Mentri @tifsembiring: Akankah Ditutup?

30 September 2014   12:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:58 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dari hasil evaluasi Klout Score -aplikasi untuk melihat nilai pengaruh akun sosial media akan dampak bagi orang lain, maka akun pak Menteri diberi angka 82, yang terbilang tinggi dalam memberi influence.

Hal ini, dipengaruhi oleh tidak hanyaa juah followers, repetisi pesan, jumlah pembicaraan pada akun dan berbagai metriks pengukuran dampak akun social media serupa Twitter pada lingkungan audiens.

Dalam cermatan pada akun pak Menteri, terlihat jelas bahwa akun tersebut aktif ber-tweet, mulai sejak pagi hingga kicauan akhir. Dimulai dengan sapaan pagi yang memberikan efek refleksi dan motivasi hingga publikasi kegiatan pribadi.

Tidak hanya itu, pemilik akun pun responsif menjawab, termasuk berpantun, mungkin maklum saja posisinya adalah Menteri Telekomunikasi dan Informasi.

Sebagai user aktif sosial media Twitter, yang tentu memahami aspek pengaruh langsung aplikasi tersebut, sulit berpikir bila pak Menteri memiliki niatan untuk menutupnya, terlebih pada Twitter pula pak Menteri berinteraksi dengan banyak lapisan.

Meski kemudian membantah terkait wacana penutupan Twitter, pak Menteri memperlihatkan ancaman tidak langsung sekaligus mengingatkan akan kuasa blokir yang dimiliki oleh otoritas kewenangan negara.

Lalu bagaimana sebaiknya bersikap pada kasus seperti ini? Perlu berlaku bijak dalam konteks sebagai pejabat publik menghadapi gempuran sosial media. Sebaiknya, perhatikan dengan jelas aspirasi yang berkembang, jangan menutup mata apalagi sekedar menutup media yang menjadi counter bagi koreksi sosial atas ranah politik formal.

Evaluasi reflektif pemerintah atas panggung riuh sosial media, perlu dikedepankan dibandingkan pembungkaman, kita dapat belajar dari Revolusi Twitter pada Arab Spring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun