Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sumpah Pemuda, Semangat Muda & Ekonomi Kreatif yang Hilang

28 Oktober 2014   15:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedekatan yang bersifat tipikal dan sebangun, mungkin dapat dikaitkan pada dua wilayah kerja kementerian yang menginduk pada instansi UMKM maupun pariwisata sebagaimana kabinet sebelumnya.

Difusi dalam bauran ekonomi kreatif tersebut, diharapkan dapat menyerap agenda ekonomi kreatif yang telah menjadi magnitude generasi muda dalam berkontribusi melalui karya kreatif.

Tidak bisa dipungkiri, konsepsi ekonomi kita masih bertumpu pada penciptaan nilai secara klasik konvensional, hal tersebut dipahami menjadi sebuah strategi karena begitu banyak potensi alam yang belum optimal digarap bagi peningkatan kesejahteraan.

Memunggungi laut, teluk dan selat, sebagaimana statement Jokowo, merupakan komitmen pembangunan kemaritiman, adalah upaya dalam menciptakan kekuatan bersaing melalui natural resources dari keberadaan wilayah kita yang dikelilingi lautan, termasuk relasi akan pengelolaan kekayaan hutan, hasil tambang dan pertanian secara saling berkaitan.

Kerangka berpikir dalam ekonomi mainstream tentu menempatkan industri klasik konvensional tersebut menjadi tumpuan dasar, namun pemerintah tidak bisa abai untuk melindungi hakikat kekayaan terbesar yang dimilikinya, yakni kekayaan sumber daya manusia.

Kita perlu memahami dengan jelas, didalam era kompetisi terbuka bernama globalisasi, pertarungan utama tidak tercermin dalam ukuran kuantita serupa besar atau kecil, melainkan kemampuan beradaptasi akan perubahan secara cepat.

Oleh karena itu, kita patut berkaca pada negeri tetangga Singapura yang menciptakan value added melalui kemampuan sumberdaya manusia guna mengatasi marjinal-nya sumberdaya alam yang mereka miliki.

Agenda tentang ekonomi kreatif, sebaiknya di-absorp agar kita menciptakan ruang baru yang terpisah dari tipe sektor pembangunan ekonomi diarus utama.

Terbayang potensi sinergi antar lini, semisal industri pengelolaan fillet ikan laut kemudian bekerjasama dengan sektor UMKM untuk mengoptimalkan limbah kulit/ tulang ikan sebagai bahan aksesoris seperti sepatu dan tas sebagai handycraft design yang spesifik? Hal ini tentu patut dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun