Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Subsidi dan Daya Kompetisi Pertamina

14 November 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan harga BBM nampaknya hanya menunggu waktu, besaran subsidi yang akan dipangkas masih belum bisa dipastikan, namun kisaran eskalasi harga diprediksi akan berada disekitar Rp2.000-3.000/ liter.

Dengan demikian, melalui pendekatan tersebut, pemerintah berencana hendak menutup defisit anggaran yang timbul, dengan mereduksi subsidi BBM sebagai sumber efisiensi APBN.

Secara sosial, instrumen bantuan langsung maupun tidak langsung dalam berbagai program pemerintah dibidang kesehatan, pendidikan dan keluarga pra-sejahtera diharapkan dapat berlaku sebagai kompensasi sebagai upaya menjaga daya beli.

Keberatan banyak pihak akan kerangka kenaikan harga BBM oleh pemerintah didasari oleh berbagai alasan terkait, mulai dari penurunan harga minyak dunia, problem sosial-ekonomi sampai politik, termasuk pula kalkulasi atas dampak turunan bagi dunia bisnis, seperti industri otomotif.

Bisnis Hilir Pertamina

Tidak semua  larut dalam kesulitan seperti diatas, salah satu yang menyongsong dengan senang hati pemberlakuan pengurangan subsidi BBM adalah industri hilir retail SPBU-non Pertamina.

SPBU asing yang selama ini nampak tidak memiliki daya saing karena kelemahan tarif eceran, mulai patut diperhitungkan, karena pemerintah membuka secara lebar celah layanan tersebut, dan potensi itu tentu tidak akan dibuang percuma.

Dominasi Pertamina sebagai organisasi yang ditunjuk oleh pemerintah dan berhak untuk melakukan pengelolaan distribusi BBM, masuk dalam kategori industri hilir, yang berhubungan langsung dengan end user, membuat perusahaan yang dahulu berlogo kuda laut itu menjadi "key player" menuju monopoli.

Regulasi dan subsidi menjadi daya dukung Pertamina untuk bermain dibidang distribusi BBM, para pesaing yang rerata adalah pelaku dan operator asing tidak mampu mengejar kemampuan gerak Pertamina karena previledge yang dimiliki tersebut.

Momentum pun bersambut, pemerintah kini telah berancang-ancang untuk menaikkan BBM, membuat disparitas akan harga jual BBM Pertamina dan kompetitor menjadi tidak signifikan, dan sekali lagi, bagi SPBU asing hal ini menjadi sebuah berkah.

Kemampuan memadukan bisnis SPBU sebagai sebuah jasa terintegrasi, membuat SPBU asing lebih kuat dalam aspek kualitas akan standart layanan, serta jaminan reputasi dan kredibilitas penjual.

Pertamina bukan tanpa daya upaya, sertifikasi SPBU dengan logo PastiPas mencoba memberikan frame layanan dasar yang bersifat melayani, dan pada beberapa kasus hal itu berhasil, namun masih banyak yang belum berubah.

Apakah akan terdapat pengaruh dari kenaikan harga BBM pada bisnis Pertamina, jawabnya tentu saja dari kemampuan para pesaingnya meningkatkan value dari layanan yang diberikan pada pelanggan.

Pembangunan sistem jaringan layanan, keterjangkauan lokasi, serta memberi solusi atas rumusan pelayanan yang semakin memberikan rasa nyaman serta penuh keamanan, akan mendukung peningkatan nilai bisnis SPBU asing dari waktu ke waktu.

Disisi yang berbeda, pencabutan subsidi BBM, perlu membuat Pertamina untuk mereposisi bisnis hilirnya, karena harga bukan menjadi keunggulan bersaing secara mutlak, yang menyebabkan para pembeli kemudian datang secara berulang di outlet SPBU milik Pertamina.

Panjangnya antrian dan harga yang tidak lagi kompetitif, serta beberapa kejadian yang tidak menyenangkan, mulai dari potensi kriminalitas, hingga praktek culas di SPBU plat merah tentu akan semakin mendegradasi nilai merek perusahaan tersebut.

Langkah sigap Pertamina perlu dibuat secara profesional untuk kembali melakukan penataan layanan, karena kini saatnya bertanding dan mencari, bukan lagi disuapi dengan penuh kemudahan.

Arsitektur pelayanan harus diinternalisasi secara meluas, karena Pertamina dalam pengembangan jaringan melibatkan peran swasta, dan untuk itu edukasi akan konsep layanan paripurna perlu diimplementasikan secara praktis.

Bila hal tersebut telah menjadi sebuah kesadaran baru pada perusahaan sekelas Pertamina tentu bukan hal yang mudah, mengurai tumpukan lapis birokrasi diddalamnya.

Semoga momentum ini menjadikan Pertamina sebagai perusahaan tangguh, profesional dan berkelas dunia yang dihormati karena kemampuan strategi bisnisnya lebih dari sekedar asupan subsidi pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun