Mohon tunggu...
Yudhi Dharma Nauly
Yudhi Dharma Nauly Mohon Tunggu... Administrasi - Penggemar nasi gurih pake telor bulet dan teri kacang

Memandang dari perspektif toko sebelah

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Goraiko, Catatan Pendakian Gunung Fuji

14 Mei 2024   10:30 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Penulis

Lodge ini model ryokan dengan ruangan luas beralas tatami untuk ngobrol dan makan. Ruang tidur model dorm bertingkat dengan masing-masing bilik dipisahkan tirai, cukup menampung hingga lima puluh pendaki. Bilik tidurnya cukup nyaman dengan alas futon, bantal kecil dan selimut. Jadi tidak perlu bawa tenda, matras dan sleeping bag. Lodge ini sangat nyaman dan hangat bila dibandingkan dengan dinginnya udara di luar. Perut kosong karena melewatkan makan siang segera diisi dengan makan malam yang nikmat. Nasi dengan lauk daging patty baaga ditemani daikon tsukemono, harusame, salad, miso shiru, dan tentu saja ocha panas. Sedikit taburan cabe bubuk menambah nikmatnya santapan ini. Lelah tapi kenyang, membuat mata ini segera terpejam.

Pukul setengah tiga, suasana tiba-tiba berubah hiruk-pikuk. Para pendaki di Goraikokan ini sudah mulai packing untuk summit attack. Walaupun waktu check out pukul delapan pagi, semuanya check out saat ini, karena Yoshida Trail ini terpisah antar jalur naik dan turun. Di luar pun suasana sangat ramai, para pendaki yang menginap di bawah banyak yang sudah tiba. Antrian toilet pun jadi panjang, banyak yang perlu melepas sebagian beban sebelum lanjut mendaki. Di pintu keluar, manager Goraikokan melepas para pendaki satu per satu, menjawab setiap salam "ittekimasu" dengan "itterasshai".

Pendakian menuju puncak padat merayap. Di beberapa tempat, jalur pasir dan kerikil selebar satu hingga satu setengah meter diselingi jalur batu lava yang menciptakan bottleneck. Namun, para pendaki disiplin, tidak keluar jalur yang dibatasi tali. Beberapa ranger membantu dan mengarahkan para pendaki agar tetap tertib. Sinar headlamp yang tidak terputus mengular ke atas dan ke bawah menciptakan pemandangan spektakuler menggetarkan hati. Dari percakapan para pendaki, bisa diketahui banyak juga yang berasal dari Eropa, Amerika, China, Korea, Filipina, Thailand dan Malaysia. Sempat juga bertukar sapa dengan pasangan setanah air.

Setelah melewati Torii Kusushi Jinja, kaki ini akhirnya menjejak puncak Fujisan. Di ujung Yoshida Trail ini, selain ada Kusushi Jinja, ada pula dua lodge yaitu Yamaguchiya dan Ogiya. Di sini Yoshida Trail bergabung dengan Subashiri Tail. Ratusan pendaki mengambil tempat di bibir puncak Fujisan, menatap ke timur. Tak lama kemudian pegawai Yamaguchiya meneriakkan "Goraiko! Goraiko! Goraiko!", mengabarkan terbitnya sang Surya. Serentak para pendaki berseru "Banzai! Banzai! Banzai!" sambil mengangkat kedua tangan ke udara. Alhamdulillah, segala puji bagiMu ya Allah yang telah mengizinkan hamba mengagumi kebesaranMu.

Saat makan tadi malam, pegawai Goraikokan membagikan sarapan. Menunya sederhana sekali, onigiri dengan ikan dan sosis goreng disertai daikon tsukemono, makombu tsukudani (pickled seaweed), disegarkan ocha dalam kemasan. Tapi karena makannya di puncak Fujisan, rasanya luar biasa. Nikmatnya takkan terlupakan.

Puncak tertinggi Fujisan, Kengamine 3.776 mdpl, dapat dicapai sekitar dua puluh menit dari Yamaguchiya dengan berjalan mengitari crater. Jalurnya pasir dan kerikil, turun-naik agak landai. Menjelang Kengamine, para pendaki melewati Sengen Jinja Okuguu dan dua mountain lodge, yaitu Chojo Fujikan dan Gunmeikan. Di sinilah dua trail, Gotemba dan Fujinomiya bertemu. Di Kengamine ini dibangun observatory milik Japan Meteorological Agency, sehingga tempat untuk berfoto sempit sekali. Pendaki harus antri lumayan panjang untuk berfoto di sini.

Untuk kembali ke Yoshida Trail, bisa ditempuh jalur datang atau mengelilingi crater. Ada rambu petunjuk yang harus diperhatikan mengingat jalur naik dan turun Yoshida Trail terpisah. Jalur turun ini merupakan jalur pasir dan kerikil zig-zag selebar dua meter. Jalur ini digunakan untuk mengangkut perbekalan dan pegawai lodge dengan menggunakan traktor. Moda transportasi ini juga bisa digunakan untuk evakuasi darurat dengan membayar cukup mahal. Dari jalur turun ini terbentang pemandangan indah lima danau, Yamanakako, Kawaguchiko, Saiko, Shojiko dan Motosuko. Perjalanan turun ini bisa ditempuh tiga jam saja. Sesampainya di Gogōme lagi, waktunya menuntaskan niat makan chikin karaage yang kemarin tertunda.

Buat para pendaki ortodoks, Fujisan mungkin tidak masuk hitungan. Kurang menantang katanya. Startnya saja sudah di atas awan. Memang mendaki Fujisan tidak butuh keterampilan atau peralatan khusus. Cuma diperlukan sedikit latihan dan kemauan yang kuat. Yang jelas pemandangannya luar biasa dan pendakiannya sangat menyenangkan. Honto ni tanoshikatta. Kalau tertarik, yuk tak temani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun