Kaget tiba-tiba melihat kerangka motor hilang, tersisa beberapa kap yang sudah tak utuh lagi, sebagian pecah. Shock! Kuperhatikan lagi dari dekat, ternyata besi kerangka yang hilang itu diganti dengan kerangka sepeda jengki tua. Semakin tidak masuk akal, mana mungkin. Tapi inilah kejadian siang itu.
Kap dipasang ulang dengan baut yang tak utuh, tapi mesin di dalamnya hilang, accunya nihil.
Rasa penasaran dan jengkel luar biasa. Geram ingin tahu siapa pelakunya. Mendekat ke sebuah toko besar simpang tiga, beberapa pintu ruko full dengan pajangan perabotan. Di sudut bangunan megah itu ada CCTV. Minta tolong untuk dicek dari toko siapa tahu pelakunya terdeteksi.
Alih-alih minta tolong, justeru karyawan dan pemilik toko ternyata sudah tahu. Aku mendekat
"Nanti aku tunjukkan orangnya, barang kami juga sering dicolong."
Pemilik toko mengajakku ke belakang ruko. "Itu orangnya" menunjuk ke sebuah rumah reyot, di sana tampak tumpukkan besi dan beberapa kardus. Tidak mau suuzon, tapi pemilik toko tau gelagatku, lantas meyakinkan "Iya, nampaknya memang pengepul besi tua, cuma buat mengelabuhi, tapi itu malingnya, aku lihat waktu motormu dibongkar tadi, karyawanku juga lihat"
"Iya, Bang!" sahut seorang berseragam toko miliknya.
Sial!
Ketika menunjuk kedua kalinya dia memergoki kami sedang membicarakannya sambil mengacungkan sebilah golok dengan gerakan seolah menyerang kami.
"Itu orangnya lari kesini!"
Kami kocar-kacir menyelamatkan diri. Tanpa pikir panjang daripada leher harus ditebasnya.
Boss dan karyawan kembali ke tokonya, aku memisah dari mereka. Bapak dengan perawakan kekar, tattoan di lehernya, dan rambutnya berwarna perak itu memanggil anak buahnya.
"Jo! Cepat, kita habisi aja anak ini!"
Namanya Jo. Entah Jo siapa, yang jelas anak buah yang dipanggil Jo itu juga segera mengitariku dengan golok yang mengkilap. Mampus! Mati aku hari ini. Aku sendirian di situ, tidak ada orang yang bisa diminta bantuan karena memang aku terpisah agak jauh dari simpang toko tadi.
"Tahan! Apa maksudmu merusak motorku, hah?"
"Banyak bacot! Boss habisi aja"
Golok itu diayunkan menyasar tangan kiriku, untung aku sempat mengelak beberapa langkah ke samping. Kulihat gagang sapu tergeletak di tumpukan kardus, ini senjataku.
Aku melawan, paling tidak sebilah gagang sapu dengan patahan yang agak runcing itu mampu membuatnya mundur beberapa langkah, karena memang aku menyasar matanya.
Si Boss bertatto itu menghantamku dari belakang, aku terhuyung mental masuk ke semak. Keduanya menikamku dengan ujung golok yang lancip. Semampuku menggulingkan badan, kemudian rolling ke depan setengah lompat harimau.
Ngos-ngosan aku dibuatnya, aku berjarak, itu cukup menyelamatkanku untuk segera melakukan gerakan kip berdiri. Pasang kuda-kuda, kali ini aku tidak mau kecolongan lagi.
Kuhayunkan kaki kiri mematahkan dengkulnya, cepat kubalas dengan tendangan kanan tepat mengenai pipi Jo. Dia terhempas, keluar kecap dari hidungnya berwarna merah segar. Kesakitan!
Kembali kukejar Boss dengan ujung sapu lancip itu, mengenai tangan kanan dan golok terlempar dia menahan kucuran darah di telapak tangan kirinya.
"Stop! Jangan teruskan!" Katanya segera. "Iya, aku yang merusak motormu."
Crashhhh!!!!
Kulihat ke lengan kanan bersimbah darah. Jo bangkit menghantamku dengan goloknya. Mataku berkunang. Gelap!
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H