Kami kocar-kacir menyelamatkan diri. Tanpa pikir panjang daripada leher harus ditebasnya.
Boss dan karyawan kembali ke tokonya, aku memisah dari mereka. Bapak dengan perawakan kekar, tattoan di lehernya, dan rambutnya berwarna perak itu memanggil anak buahnya.
"Jo! Cepat, kita habisi aja anak ini!"
Namanya Jo. Entah Jo siapa, yang jelas anak buah yang dipanggil Jo itu juga segera mengitariku dengan golok yang mengkilap. Mampus! Mati aku hari ini. Aku sendirian di situ, tidak ada orang yang bisa diminta bantuan karena memang aku terpisah agak jauh dari simpang toko tadi.
"Tahan! Apa maksudmu merusak motorku, hah?"
"Banyak bacot! Boss habisi aja"
Golok itu diayunkan menyasar tangan kiriku, untung aku sempat mengelak beberapa langkah ke samping. Kulihat gagang sapu tergeletak di tumpukan kardus, ini senjataku.
Aku melawan, paling tidak sebilah gagang sapu dengan patahan yang agak runcing itu mampu membuatnya mundur beberapa langkah, karena memang aku menyasar matanya.
Si Boss bertatto itu menghantamku dari belakang, aku terhuyung mental masuk ke semak. Keduanya menikamku dengan ujung golok yang lancip. Semampuku menggulingkan badan, kemudian rolling ke depan setengah lompat harimau.
Ngos-ngosan aku dibuatnya, aku berjarak, itu cukup menyelamatkanku untuk segera melakukan gerakan kip berdiri. Pasang kuda-kuda, kali ini aku tidak mau kecolongan lagi.
Kuhayunkan kaki kiri mematahkan dengkulnya, cepat kubalas dengan tendangan kanan tepat mengenai pipi Jo. Dia terhempas, keluar kecap dari hidungnya berwarna merah segar. Kesakitan!