Mohon tunggu...
Yudhianto Mazdean
Yudhianto Mazdean Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dua buku Puisi Menelaah Sepi dan Sehimpun Puisi Radius

Hei, kenalin Aku Yudhi, tinggal di Natuna. Menulis dua buku puisi dan beberapa buku antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Reyot Pengepul Besi Tua

6 Desember 2024   14:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami kocar-kacir menyelamatkan diri. Tanpa pikir panjang daripada leher harus ditebasnya.

Boss dan karyawan kembali ke tokonya, aku memisah dari mereka. Bapak dengan perawakan kekar, tattoan di lehernya, dan rambutnya berwarna perak itu memanggil anak buahnya.

"Jo! Cepat, kita habisi aja anak ini!"

Namanya Jo. Entah Jo siapa, yang jelas anak buah yang dipanggil Jo itu juga segera mengitariku dengan golok yang mengkilap. Mampus! Mati aku hari ini. Aku sendirian di situ, tidak ada orang yang bisa diminta bantuan karena memang aku terpisah agak jauh dari simpang toko tadi.

"Tahan! Apa maksudmu merusak motorku, hah?"

"Banyak bacot! Boss habisi aja"

Golok itu diayunkan menyasar tangan kiriku, untung aku sempat mengelak beberapa langkah ke samping. Kulihat gagang sapu tergeletak di tumpukan kardus, ini senjataku.

Aku melawan, paling tidak sebilah gagang sapu dengan patahan yang agak runcing itu mampu membuatnya mundur beberapa langkah, karena memang aku menyasar matanya.

Si Boss bertatto itu menghantamku dari belakang, aku terhuyung mental masuk ke semak. Keduanya menikamku dengan ujung golok yang lancip. Semampuku menggulingkan badan, kemudian rolling ke depan setengah lompat harimau.

Ngos-ngosan aku dibuatnya, aku berjarak, itu cukup menyelamatkanku untuk segera melakukan gerakan kip berdiri. Pasang kuda-kuda, kali ini aku tidak mau kecolongan lagi.

Kuhayunkan kaki kiri mematahkan dengkulnya, cepat kubalas dengan tendangan kanan tepat mengenai pipi Jo. Dia terhempas, keluar kecap dari hidungnya berwarna merah segar. Kesakitan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun