Tema pendidikan memang merupakan sebuah tema dasar yang unik serta tidak ada habisnya jika ingin membahas masalah pendidikan, namun alangkah lebih baik jika tema tema yang membahas pendidikan itu menjelma menjadi sebuah perilaku yang dapat mencegah atau bahkan memperbaiki perilaku agar dapat menjadi manusia yang bermartabat, terlebih bagi diri sendiri terlebih dahulu, sebelum menyarankan kepada orang lain.Â
Disini saya coba untuk meneruskan tulisan kemarin, dan kali ini saya ingin lebih mengupas mengenai langkah yang mungkin dapat dilakukan secara nyata mengenai pembangunan mental dan juga kesehatan reproduksi, terlebih di dalam hubungannya terhadap pendidikan anak yang agak lebih detail saya kelompokkan dalam poin poin yang menurut saya dapat menjadi sebuah check point pada masa pertumbuhan anak sampai sekitar remaja dan dewasa muda atau young adult.
Yang kita tahu bahwa pada tahun tahun belakangan ini, rupanya semakin sering tercatat kasus kasus yang berkaitan dengan anak baik kekerasan sampai ke arah pemerkosaan, parahnya lagi yang melakukan kriminal tersebut adalah para generasi remaja / generasi muda yang notabene merupakan generasi harapan bangsa ini, dimana saya pernah mendengar salah satu quote bahwa, suatu bangsa akan hancur jika terdapat beberapa hal salah satunya adalah rusaknya para generasi muda yang akan meneruskan perjuangan para pendahulunya, para founding father negara ini.
Kasus pemerkosaan baru baru ini yang muncul di media yakni menimpa seorang bocah sd bernama yuyun di daerah bengkulu (sekitar 2 - 3 bulan yang lalu) yang berusia 14 tahun atau sekitar kelas 2 smp yang 'digarap' oleh para pemuda yang sedang mabuk, karena sebagaimana yang kita tahu bahwa kondisi yang sangat berbahaya bagi seseorang yaitu ketika sedang mabuk, karena dengan mabuk kita bisa saja memperkosa orang, kemudian membunuhnya tanpa orang tersebut bisa mengendalikan dirinya. Selain itu juga tercatat beberapa kasus di tahun 2016 ini yang mencapai 2.399 kasus (72%), dimana kasus pencabulan mencapai 601 kasus (18%) sementara kasus pelecehan seksual mencapai 166 kasus (5%) (sumber), yang artinya negara kita memang dilanda sebuah penyakit mental yang bisa dibilang sangat parah, dan dibutuhkan tindakan yang dapat dianalisis dari beberapa faktor yang sudah sempat saya ceritakan pada artikel sebelumnya yang mudah mudahan dapat membantu bukan malah menambah suatu permasalahan baru.Â
Maka jika dilakukan sebuah rehabilitasi akan sangat sulit untuk memperbaiki kondisi mental seseorang yang sudah rusak, seperti seseorang yang sudah kecanduan narkoba tidak akan bisa berhenti jika bukan orang tersebut yang ingin berhenti sendiri. Untuk itu saya pikir akan lebih baik mencegah daripada mengobati. Dengan demikian saya menarik garis yang paling dasar mengenai kiat kiat pendidikan mulai dari usia 0 tahun, bahkan di dalam agama islam, pendidikan sudah bisa dilakukan sebelum bayi itu lahir, yakni ketika di dalam kandungan, dengan melakukan beberapa kegiatan tertentu misal membaca al quran, kahataman, dzikir, dan amalan lainnya yang diharapkan bakal bayi yang lahir akan dapat tumbuh menjadi seseorang yang berakhlak mulia atau bermental positif.
Pendidikan Usia 0 - 4
pada masa ini adalah masa awal kehidupan sang anak, dimana merupakan sebuah masa yang serba repot karena sangat sulit untuk mengajari anak mandiri pada masa ini, yang bisa orang tua lakukan adalah berusaha mengenalkan segala sesuatu, mengenalkan yang boleh dan tidak boleh, pada masa ini bisa para orang tua dapat mencoba untuk memulai memberitahu tentang daerah terlarang tapi hanya sebagai sebuah simbolis atau semacam pengenalan terhadap apa yang boleh dan tidak boleh yang ada di diri pribadi ataupun di lingkungan rumah mapupun lingkungan pergaulan orang tua (rumah mertua, rumah teman kantor, arisan dsb).
Pendidikan Usia 4 - 8
Di tahap kedua ini, sang anak mulai tahu tentang apa yang boleh apa yang dilarang, dan sang anak mulai mencoba untuk sedikit memikirkan mengenai apa yang pantas dan apa yang tidak pantas. Untuk itu orang tua harus bisa peka mengenai segala sesuatu yang di inginkan sang anak dan juga mulai mengajari tentang lokasi lokasi seksual baik pada diri sendiri atau pada lawan jenis, agar sang anak dapat tahu mana yang boleh dan mana yang tidak , serta jangan lupa untuk menanamkan rasa jijik jika berkaitan dengan hal hal yang berkaitan dengan konten seksual dengan memberinya peringatan peringatan atau sedikit hukuman, yang merupakan sebuah tindakan terakhir, namun harus dengan lembut agar sang anak bisa mengetahui mana yang baik, mana yang buruk.
Pada usia ini, merupakan usia yang mulai diberi segitiga kuning, karena pada usia ini (kelas 2 - 6 Â SD) sang anak mulai mencoba untuk bergaul dengan lingkungan, jadi selain dari diri pribadi maupun dari lingkungan keluarga, juga harus turut diperhatikan lingkungan pergaulan sang anakm dengan siapa ia berteman, dengan siapa ia bermusuhan, karena pada masa ini biasanya sering terjadi cek cok kecil antar anak serta dimungkinkan sang anak mendapatkan pengetahuan yang tidak semestinya didapatkan, oleh karena itu orang tua harus mengecek secara berkala mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh sang anak dengan mencoba berdiskusi dengan anak tersebut. Selain dari lingkungan sekolah ataupun teman, orang tua perlu sedikit 'tega' terhadap anak dengan mengajarinya disiplin, seperti mengajari berbelanja, mencuci baju dan tindakan lainnya, sehingga anak disibukkan dengan kegiatan belajar secara tidak formal tentang segala sesatu yang bersifat tatanan sosial seperti cara menyapa orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
Pada rentang usia ke empat ini sang anak mulai memasuki usia akil baligh, yaitu sebuah fase usia dimana anak akan mulai belajar menyampaikan pendapatnya dan pada masa ini sang anak juga sudah mulai kelihatan tanda tanda organ vitalnya, berubah suara, mengetahui rasa malu dan mengalami pubertas. Untuk itu pada masa ini sebenarnya orang tua harus bisa menjadi seorang pendamping yang menemani di samping sang anak dan bekerja sedikit lebih ekstra untuk menjadi penyemangat dan sebagai seorang petugas penghukum jika sang anak melampaui batas, karena pada masa ini sang anak akan kemana mana jika tidak diserahi sebuah tanggung jawab, maka pada usia ini akan lebih baik jika sang anak diserahi tanggung jawab dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, serta dengan adanya pubertas, maka orang tua harus mulai mengajari mengenai fase menstruasi pada wanita dan fase dewasa pada laki laki seperti mimpi basah dan lain sebagainya, serta semakin menanamkan pengertian moral tentang perbuatan perbuatan yang tidak bermoral seperti pemerkosaan, konten pornografi secara tersirat / tidak langsung.
Pendidikan Usia 16 - 20
Pada usia ini orang tua mulai mengarah untuk mundur berada di belakang sang anak, artinya sang anak sudah harus tahu mana yang baik dan tidak, akhlaknya juga harus baik dan beres, kini sang orang tua harus mencoba untuk berkawan dengan sang anak tentang masalah masalah sang anak, orang tua harus bisa mulai melepas sang anak dan sedikit memberi ruang untuk mendapatkan urusan pribadi sang anak, sepanjang urusan tersebut tidak bertentangan dengan kebaikan, meskipun untuk itu orang tua juga masih harus mengontrol kegiatan sehari harinya.
Pendidikan Usia 20 ++
Pada fase ini, merupakan sebuah fase akhir dimana anak akan bertumbuh dari remaja menjadi seorang dewasa muda atau bahkan menjadi seorang dewasa yang memiliki tanggung jawab pribadi bahkan menjadi orang tua (di usia standart pernikahan), untuk itu kini orang tua harus memberi kebebasan bertindak , bahkan orang tua harus rela untuk berpisah dengan anaknya, untuk membiarkan anaknya berkembang sendiri dan hidup sendiri, namun orang tua juga harus tahu mengenai kondisi anaknya, yang penting sang anak tetap berada di jalur hukum yang benar serta dapat memilih tindakan yang bersifat tidak bertentangan dengan hukum maupun agama. karena segala tindakan sang anak kini mulai menjadi tanggung jawabnya secara pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H