Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Awali dengan Tungku, Menuju Hidup Berkelanjutan

12 April 2018   10:13 Diperbarui: 12 April 2018   10:32 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke soal hidup tradisional dan berkelanjutan. Bagi saya, memasak menggunakan tungku berarti mengurangi penggunaan gas LPG. Meskipun gas lebih ramah lingkungan, tetapi ongkos eksplorasi dan transportasinya menghasilkan cukup banyak jejak karbon.

Di sisi lain, kayu bakar tersedia di sekitar rumah saya. Selain sisa kayu dalam proses membangun rumah, saya juga bisa mendapatkan kayu sisa tebangan pohon atau batang-batang yang sudah layu dan mati. Hal ini membuat saya bisa menekan jejak karbon untuk mengangkut kayu-kayu tersebut ke rumah saya.

Khusus untuk batok kelapa, saya bisa mendapatkannya secara cuma-cuma dari warung dekat rumah. Setiap harinya, mereka menghasilkan belasan limbah batok kelapa dan bingung untuk membuangnya. Kini, mereka bisa lega karena tidak harus memikirkan sampah batok kelapa yang menggunung. Dan saya pun senang karena bisa memanfaatkan batok kelapa untuk sesuatu yang berguna: bahan bakar untuk memasak.

Dari segi kualitas penganan, menurut saya, makanan yang dimasak dengan menggunakan tungku lebih baik daripada menggunakan gas dan penanak nasi otomatis. Dua tahun belakangan ini, kami selalu kebingungan dengan kualitas nasi yang memburuk ketika dimasak menggunakan penanak nasi otomatis. Dalam hitungan jam setelah dimasak, nasi menjadi mudah basi dan berlendir.

Namun, ketika dimasak menggunakan tungku, nasi bisa awet sampai 4 hari tanpa dipanaskan. Rasanya pun masih tetap enak dan nikmat. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa cara tradisional lebih baik dibandingkan cara modern. Satu hal lagi, panganan pun lebih enak dan kaya rasa.

Urusan berkelanjutan, sederhananya, menurut saya, tungku berbahan bakar kayu lebih berkelanjutan dibandingkan gas. Saya tidak perlu bingung memikirkan harga gas yang semakin lama semakin mahal. Saya juga tidak perlu memikirkan gas yang selalu langka pada waktu-waktu tertentu. Kini, fenomena tersebut sudah jadi angin lalu bagi saya.

Bagaimana dengan Anda? Berminat mencoba juga?***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun