Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Liputan Bersama Kompas TV: Kontribusi untuk Indonesia (3/3)

30 Juli 2015   23:25 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:06 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pepohonan di Pasirbentang yang sudah meninggi. Padahal, 10 tahun lalu, area ini masih berupa lahan kritis yang ditumbuhi ilalang. (Foto: Yudha PS)

Saya cukup takjub melihat kondisi Karangsoak saat ini. Pada 2011 silam, ketika saya pertama kali berkunjung ke sini, saya masih bisa melihat sungai Ciwulan di sebelah utara Mandalamekar dari jalanan yang membatasi hutan Karangsoak dengan kebun warga.

Namun, saat ini, sungai tersebut sudah tidak tampak, ditutupi oleh pepohonan yang sudah meninggi. Lebih dari itu, kini Karangsoak mulai dihuni binatang-binatang yang tidak pernah terlihat ketika hutan ini gundul. Salah satunya adalah ular Sanca besar dengan panjang hingga belasan meter. Kontan, bagi saya yang tidak menyukai ular, cerita tersebut membuat saya merinding dan berhati-hati berada di Karangsoak.

Pak Yana mengajak kami menanam di area kosong di tengah hutan. Dibantu mang Dodi Rosadi, kami menanam pohon Jati Uganda. Mang Dodi dan mang Tata sendiri sudah menyiapkan sekitar 6 bibit pohon untuk kami tanam. Namun, karena keperluan pengambilan gambar, akhirnya setengahnya ditanam oleh saya semua. Mas Popo mengarahkan saya untuk menanam beberapa kali. Sedangkan sisanya ditanam oleh mba Yessi selaku perwakilan Kompas TV.

***

 

Kondisi pepohonan di Pasirbentang yang sudah meninggi. Padahal, 10 tahun lalu, area ini masih berupa lahan kritis yang ditumbuhi ilalang. (Foto: Yudha PS)

Selepas sholat Jumat, dan siang semakin terik saja. Bila hari biasa, momen ini tentunya akan diisi oleh makan siang atau menghabiskan sebutir kelapa hijau untuk memuaskan dahaga. Namun, hal ini tidak memungkinkan terwujud saat itu, tengah hari pada bulan Ramadhan 1436H.

Agenda selanjutnya adalah mewawancarai kang Irman Meilandi. Sesi pengambilan gambar dan wawancara terakhir di Mandalamekar ini diambil di area Pasirbentang, sebuah bukit yang merupakan titik tertinggi di Mandalamekar. Dulunya, area Pasirbentang dimiliki oleh orang-orang dari desa lain. Kini, sebagian besar tanah di bukit Pasirbentang sudah dibeli oleh kang Irman.

Satu dekade silam, ketika Pasirbentang masih dimiliki oleh banyak orang, lahan ini kritis dan hanya ditumbuhi alang-alang. Prihatin dengan kondisi tersebut, kang Irman sedikit demi sedikit membelinya dan mengubahnya menjadi hutan. Untuk mempercepat tumbuhnya pepohonan di Pasirbentang, kang Irman sengaja mengembalakan sapinya di lokasi tersebut. Diharapkan, kotoran sapi tersebut menjadi pupuk yang mampu menyuburkan tanah di Pasirbentang dan mempercepat pertumbuhan pepohonan yang ditanam. Hasilnya, setelah 10 tahun berlalu, Pasirbentang teduh dengan tajuk pohon yang tingginya 2 kali tiang telepon.

Kang Irman mengajak saya dan tim Kompas TV ke puncak Pasirbentang. Untuk menjangkaunya, kami harus naik kendaraan dan melewati jalanan berbatu dan berlubang. Selepas itu, kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan melewati jalur setapak di antara semak belukar dan pepohonan yang rindang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun