Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Liputan Bersama Kompas TV: Kontribusi untuk Indonesia (3/3)

30 Juli 2015   23:25 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:06 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pepohonan di Pasirbentang yang sudah meninggi. Padahal, 10 tahun lalu, area ini masih berupa lahan kritis yang ditumbuhi ilalang. (Foto: Yudha PS)

Kondisi pepohonan hutan di Karangsoak yang mulai meninggi. (Foto: Yudha PS)

Sahur kedua di Desa Mandalamekar. Meski tanpa gempa seperti hari pertama, tetapi kami bangun tepat waktu dan masih semangat menyantap hidangan yang sudah tersedia di meja makan. Meskipun begitu, kelelahan mulai tampak di wajah tim Kompas TV. Terlebih lagi, mereka sudah 2 pekan berada di lapangan, jauh dari kasur yang empuk di rumah.

Agenda liputan hari ini adalah mewawancarai pak Yana Noviadi selaku kepala desa Mandalamekar, dan kang Irman Meilandi sang penggerak Gerakan Desa Membangun (GDM) di Mandalamekar. Pak Yana sendiri diwawancarai di rumahnya, yang tidak lain merupakan tempat menginap kami. Bersama pak Yana, kami berbincang-bincang mengenai penghijauan, program pemerintah desa, dan pergerakan citizen media di Mandalamekar.

Hampir semua paparan pak Yana pernah saya tulis di blog, termasuk perjalanannya menjadi kepala desa, program membangun hutan, digitalisasi administrasi desa, dan pergerakan citizen media berbasis radio dan internet di Mandalamekar. Meskipun begitu, dalam wawancara tersebut, beliau menyelipkan beberapa perkembangan baru yang perlu saya catat di sini.

Salah satunya adalah visi Mandalamekar pada tahun 2025 sebagai desa maju. Hal ini merupakan rentetan dari pembangunan yang dilakukan oleh Mandalamekar sejak masih berstatus sebagai desa tertinggal pada satu dekade lalu. Kini, Mandalamekar mulai berstatus sebagai desa berkembang.

Untuk menggapai visi ini, Mandalamekar tengah berusaha membangun manusianya agar mampu mandiri dan berdaulat. Guna mewujudkannya, praktis sektor pendidikan dan ekonomi tengah digenjot di Mandalamekar saat ini. Di sektor ekonomi, Mandalamekar kini tengah getol-getolnya membangun ekonomi berbasis desa. Setelah cukup sukses dengan cabai dan rintisan wisata desanya, kini pak Yana dan masyarakatnya tengah mengembangkan peternakan sapi.

Uniknya, Mandalamekar tidak sendiri dalam hal ini. Mereka bekerjasama dengan 4 desa lainnya di kawasan untuk membangun Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). SPR ini merupakan salah satu ikhtiar untuk membangun ekonomi berbasiskan peternakan sapi, salah satu sumber daya yang ada di desa-desa di sekitar Mandalamekar.

Sedangkan dari sektor pendidikan, Mandalamekar kini memiliki SMK Karya Putra Manggal. SMK ini tidak hanya ditujukan bagi masyarakat Mandalamekar semata, tetapi juga masyarakat desa-desa lainnya yang tidak bisa melanjutkan SMA ke kota.

Bagi pak Yana, berusaha menyelesaikan masalah-masalah di Mandalamekar secara mandiri merupakan “unjuk rasa” atas absennya negara di desa tertinggal. Alih-alih menyibukkan diri berdemo dan menuntut pemerintah agar peduli, justru pak Yana dan kawan-kawan secara bergotong royong membangun desa Mandalamekar. Hasilnya, kini, justru pemerintah yang ingin sekali membantu Mandalamekar. Keinginan ini bahkan tersirat dari pemerintahan mulai tingkat kecamatan, kabupaten, hingga pusat.

Usai wawancara, mas Popo meminta pak Yana untuk mendemonstrasikan aktivitasnya ketika mengakses internet di tengah sawah. Aktivitas ini memang unik, dan menjadi bahan tulisan saya ketika membahas Mandalamekar pada kunjungan pertama. Tidak hanya saya dan Kompas TV saja yang mengangkat aktivitas unik tersebut. Film dokumenter Lini Massa 2 pun melakukan hal yang sama.

Dalam kesempatan tersebut, pak Yana juga mengajak saya dan tim Kompas TV untuk melakukan ritual yang harus dilakukan para tamu bila berkunjung ke Mandalamekar: menanam pohon. Pak Yana memilih Karangsoak sebagai lokasi ritual ini. Kami bersama beberapa warga Mandalamekar pun langsung menuju lokasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun