Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Siswa Gorontalo dan Pelajaran Syukur di Pagi yang Sejuk

8 Januari 2025   15:47 Diperbarui: 8 Januari 2025   15:47 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suleman Daud, Siswa SD yang viral bawa pulang Makanan Bergizi Gratis demi ibu di rumah. Foto: Whatapps/Pribadi

Di pagi hari yang mendung, tepatnya Rabu, 08 Januari 2025, pukul 07.30 WIB, suasana di rumah saya terasa sejuk dan tenang. Langit yang kelabu memancarkan aura damai yang jarang saya rasakan, seolah-olah pagi itu memberikan jeda sejenak dari rutinitas sehari-hari yang sering kali melelahkan. Udara yang dingin bercampur aroma tanah basah dari hujan semalam membuat suasana menjadi lebih syahdu. Setelah melaksanakan ibadah shalat dhuha di ruang tengah rumah, saya berdiri di dekat jendela ruang tamu, menyibak tirai tipis yang membatasi pandangan ke luar. Mata saya tertuju pada burung-burung gereja yang berloncatan riang di ranting pohon jambu di halaman depan. Kicauan mereka terdengar seperti melodi alam yang sederhana, tetapi penuh dengan kebahagiaan.

Saya menikmati momen tersebut sambil merenungkan betapa seringnya kita melewatkan keindahan kecil di sekitar kita. Dalam hati, saya merasa bersyukur atas kesempatan untuk menikmati pagi yang tenang ini. Namun, waktu terus berjalan, dan saya tidak boleh larut dalam suasana yang menenangkan ini terlalu lama. Kesibukan menunggu, dan saya harus bersiap-siap untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Dengan penuh kesadaran akan pentingnya ketepatan waktu, saya mulai bersiap. Langkah pertama adalah memastikan pakaian kerja sudah rapi. Saya memilih setelan yang sesuai, menyetrika bagian yang masih kusut, lalu memeriksa perlengkapan kerja di dalam tas. Laptop, dokumen, dan perlengkapan lainnya sudah saya siapkan sejak malam sebelumnya. Saya juga memastikan kartu Tapcash untuk transportasi telah tersimpan rapi di dompet.

Setelah semuanya siap, saya melangkahkan kaki keluar rumah, berjalan perlahan menuju halte bus pengumpan Transjakarta yang terletak sekitar lima menit dari rumah. Jalan kecil menuju halte itu terlihat basah oleh sisa hujan semalam, tetapi udara segar yang mengiringi langkah saya membuat suasana menjadi lebih menyenangkan. Sesampainya di halte, saya melihat beberapa orang lain yang juga menunggu bus. Wajah-wajah mereka menggambarkan cerita berbeda; ada yang sibuk dengan gadget, ada yang berbincang pelan, dan ada pula yang tampak termenung, barangkali memikirkan rencana hari ini. Saya bergabung dengan mereka, menunggu bus sambil memperhatikan lalu lintas yang mulai padat.

Sekitar 25 menit kemudian, bus yang saya tunggu akhirnya tiba. Dengan langkah cepat, saya naik ke dalam bus, mengetap kartu Tapcash saya di alat pembayaran Tap On Bus (TOB) yang terpasang di dekat pintu masuk. Suara bip dari alat itu menandakan pembayaran telah berhasil, dan saya melanjutkan langkah ke bagian tengah bus untuk mencari tempat duduk yang kosong. Beruntung, saya menemukan kursi di dekat jendela. Saya segera duduk, membuka resleting jaket untuk merasa lebih nyaman, dan mengambil gadget pribadi dari saku sebelah dalam jaket saya. Rutinitas di dalam bus ini biasanya saya isi dengan membaca berita terbaru atau menggali informasi yang sedang menjadi tren.

Pagi itu, saat saya mulai menggulir layar ponsel, sebuah judul berita beserta video yang sedang viral menarik perhatian saya: "Viral Siswa di Gorontalo Simpan Makanan Gratis untuk Ibu: di Rumah Tak Ada Nasi." Saya segera membuka artikel tersebut. Judul yang sederhana namun sarat makna ini membangkitkan rasa penasaran saya. Berita tersebut mengangkat isu ketahanan pangan dan kepedulian sosial, dua hal yang sedang menjadi perhatian utama pemerintah saat ini.

Dalam video yang menyertai artikel tersebut, seorang siswa SD di Gorontalo, Sulawesi Utara, tampak menyimpan sekotak makanan bergizi yang diberikan secara gratis di sekolahnya. Ketika siswa-siswa lain mulai menikmati makanan mereka, anak ini justru menutup kembali kotak makanannya. Hal ini membuat seseorang yang merekam video bertanya, "Silakan dimakan, kenapa tidak mau makan?" Dengan polos, anak itu menjawab, "Mau kasih makan mama."

Jawaban itu langsung menggetarkan hati saya. Ketika orang yang merekam bertanya lebih lanjut, "Kenapa mau kasih mama?" anak tersebut menjelaskan dengan jujur, "Ya, di rumah tidak ada nasi." Sebuah jawaban sederhana, namun memiliki makna yang begitu mendalam. Video itu tidak hanya menyentuh hati saya, tetapi juga memicu diskusi hangat di kolom komentar warganet.

Banyak warganet berbagi cerita serupa yang mengingatkan mereka pada masa sulit di masa lalu. Salah satu komentar dari akun @nina berbunyi, "Nangis gue tiap FYP. Inget dulu berangkat sekolah sering perut kosong. Soalnya, nenek belum beli beras, terus siang hari lapar, jadi kuli jastip teman beli jajanan biar dapat jajan." Ada juga komentar lain dari akun @biroh yang mengapresiasi program pemerintah, "Makasih pak Prabowo, masih banyak orang kelaparan di luar sana, makan gratis ini sangat membantu." 

Komentar-komentar tersebut menggambarkan betapa besar dampak dari program Makan Bergizi (MBG) yang diluncurkan pemerintah baru-baru ini.

Program MBG, yang bertujuan memberikan makanan bergizi secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, dilaksanakan serentak di 190 titik yang tersebar di 26 provinsi pada 6 Januari 2025. Pemerintah menargetkan tiga juta penerima manfaat pada tahap awal, termasuk balita, santri, siswa sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui. Jumlah penerima manfaat ini diharapkan terus meningkat hingga mencapai 15 juta orang pada akhir tahun 2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun