Untuk itu, jadilah masyarakat cerdas dalam menggunakan internet terutama penggunaan medsos. Pemberian informasi atau edukasi ke masyarakat tidak bisa langsung dipercaya hanya karena mereka sebagai publik figur, pengusaha atau pejabat.
Ada dua hal yang bisa dijadikan informasi untuk dipercayai tentang Covid-19, yaitu dari jurnal ilmiah dan opini ahli (berbasis jurnal ilmiah atau berbasis pengalaman).
Informasi berbasis Jurnal Ilmiah
Informasi yang berdasarkan Jurnal Ilmiah atau evidence based medicine (EBM) merupakan bukti ilmiah berbentuk grading dalam tata laksana pasien.
Grading ini menyebabkan perbedaan nilai atas evidence yang ada, mulai dari yang lemah hingga paling kuat bukti ilmiahnya.
Semakin kuat evidence-nya, semakin tinggi kecenderungan bahwa evidence tersebut valid dan relevan dengan situasi tertentu dalam menyelesaikan masalah.
Beberapa bulan yang lalu, disebutkan obat klorokuin dan dexametason yang dinilai efektif bagi pasien Covid-19 meskipun belum diakui secara resmi. Begitu informasi beredar luas di media sosial, masyarakat berbondong-bondong membelinya ke apotek.Â
Tidak hanya itu, kalung Eucalyptus, minuman beralkohol, asap rokok dan obat herbal seperti jamu, minyak kayu putih, bawang putih diyakini ampuh dalam mencegah dan mengobati penderita Covid-19.Â
Ini menandakan bahwa masyarakat mudah sekali percaya dengan informasi yang berbau viral yang belum terbukti ilmiahnya.
Secara sederhana maksud dari EBM adalah obat yang diperhitungkan aman dan efektif untuk mengatasi suatu penyakit dan berdasarkan bukti di lapangan.
