Berakhirnya pandemi Corona masih belum pasti sampai kapan, sedangkan kasus baru Covid-19 makin menanjak per harinya.
Hingga kini vaksin Covid-19 belum ditemukan walaupun beberapa vaksin sudah dalam tahap fase tiga uji klinis vaksin.Â
Beberapa penelitian di Amerika menyebutkan bahwa virus Corona sudah sembilan kali bermutasi bahkan virus yang bermutasi lebih kuat menginfeksi manusia, tetapi rasa sakit yang ditimbulkan justru lebih ringan.
Virus yang bermutasi berulang kali akan menyulitkan dalam pengembangan vaksin dan pengobatan. Ada kemungkinan, beberapa virus yang bermutasi akan kebal terhadap vaksin tersebut.
Lima bulan masyarakat sudah terjajah kecemasan oleh Covid-19 yang sampai sekarang belum menemukan vaksin dan pengobatannya
 Hal ini memicu kepanikan masyarakat dan tentunya menjadikan momen bagi pakar imitasi memberikan informasi yang bukan kompetensinya.
Beredar video viral Hadi Pranoto, seorang pakar mikrobiologi yang mengklaim dirinya seorang profesor menemukan antibodi Covid-19.
Hadi mengklaim obat herbalnya (jamu) mampu mencegah dan mengobati pasien Covid-19. Padahal jamu Hadi sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai jamu untuk memelihara Kesehatan dan menjaga daya tahan tubuh.Â
Semua orang berharap vaksin pengobatan Covid-19 segera direalisasikan. Namun, pernyataan klaim pengobatan Hadi yang tidak benar tentunya memancing reaksi para pakar dan membuat keresahan masyarakat.
Sebenarnya tidak hanya Hadi Pranoto seorang mengklaim pengobatan Covid-19 dengan obat herbal, tapi tidak sedikit orang di media sosial mempromosikan obat herbal anti Covid. Sayangnya wacana Hadi Pranoto lebih viral karena melibatkan wawancara publik figur.
Era teknologi digital mempermudah kita mendapat informasi dan menyebarkan informasi yang salah dalam hitungan detik.