Mohon tunggu...
dr. Ayu Deni Pramita
dr. Ayu Deni Pramita Mohon Tunggu... Dokter - Suka menulis tentang kesehatan, investasi dan budaya

Seorang dokter sederhana berasal dari Bali yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Brand Digitalisasi Keuangan Pulihkan Ekonomi di Era Pandemi

24 Juli 2020   18:23 Diperbarui: 24 Juli 2020   18:22 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi; marketplus

Berbagai negara di dunia bergulat dengan Pandemi Corona. Tak hanya muncul krisis kesehatan tapi menggulung perekonomian dunia. Sejak pemerintah memberlakukan peraturan social distancing Maret 2020, tampak gejala patologis perekonomian Indonesia. Berbagai sektor pariwisata, industri, pusat perbelanjaan, transportasi, penerbangan, acara perkumpulan seperti seminar dan pameran terpukul oleh dampak Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Namun, ditengah kondisi krisis seperti ini ada beberapa usaha bisnis yang berkembang misalnya usaha di bidang kesehatan, kebutuhan pokok (makanan-minuman) dan pembelajaran daring (online learning) seperti seminar dan pelatihan online.

Bank Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas keuangan era pandemi dengan menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kendatipun laju ekonomi melambat, pemerintah lebih memanfaatkan perkembangan digital ekonomi untuk membantu layanan keuangan masyarakat dan pelaku usaha bisnis baik produk maupun jasa.

Kejayaan Era Digital

Bertambahnya jumlah penggangguran akan menekan daya beli masyarakat, memukul pelaku bisnis usaha dan menutup perusahaan besar. Semakin panjang pandemi berlangsung dan semakin lama penemuan vaksin Covid-19 tentunya akan membuat pemerosotan ekonomi lebih dalam, jumlah pengangguran semakin masif dan sektor bisnis akan kehabisan nafas.

Aturan sosial distancing menjadi jurus utama mencegah penyebaran Covid-19 dan menumbuhkan kondisi normal yang baru (new normal). World Health Organization (WHO) menyarankan agar kita tidak menghentikan kebiasaan social distancing meskipun kasus terinfeksi atau meninggal menurun. Ketidakpastian berakhirnya wabah Covid-19 memaksa kita berevolusi menuju brand digitalisasi. Dimulai dari cara berbelanja offline ke online, pemasaran produk online, transaksi pembayaran online dan pembelajaran daring. Dunia usaha konvensional yang tidak mempersiapkan diri tergopoh-gopoh beradaptasi dengan pasar digital. Semua orang kini menyongsong zaman baru, aktifitas baru, dan kebiasaan baru.

Memaksimalkan Layanan Inklusi Keuangan dengan Revolusi Digital

Protokol kesehatan juga diterapkan disetiap aktifitas perbankan untuk meminimalisir penularan Covid-19. Tidak seperti dahulu kala, ketika melakukan transaksi kita harus mengantre di bank untuk pengambilan uang dan tandatangan melengkapi keperluan administrasi. Kini Bank Indonesia memperluas akses pelayanan produk keuangan kepada masyarakat dengan mudah dan efisien melalui layanan inklusi keuangan berevolusi digital. Inklusi keuangan  diterapkan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengajak masyarakat manfaatkan produk keuangan, mendukung ekspansi pasar keuangan, menyumbangkan potensi pasar baru bagi perbankan, dan berkonstribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal secara kontinu.

Menurut World Bank (2014) Indonesia merupakan negara dengan jumlah masyarakat yang tidak memiliki rekening bank terendah untk populasi diatas 15 tahun. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan inklusi keuangan sebesar 75% tahun 2019 melalui program Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Layanan Keuangan Tanpa Cabang (branchless banking) yang disebut Laku Pandai.

LKD adalah kegiatan layanan jasa dengan sistem pembayaran yang dilakukan tanpa melalui kantor fisik melainkan menggunakan sarana teknologi seperti mobile based, web based dan pihak ketiga (agen), dengan target layanan masyarakat yang memiliki akses terbatas selama pandemi corona. Sementara Laku  Pandai, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan dalam penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan bank yang didukung oleh penggunaan sarana teknologi informasi. Bank Indonesia mengeluarkan peraturan tentang pelayanan keuangan digital melalui uang elektronik pada tahun 2009. Pemerintah juga menggunakan fitur uang elektronik dalam program bantuan sosial bagi masyarakat, misalnya Program Keluarga Harapan (PKH). Program bantuan sosial ini akan merangsang masyarakat untuk membuka rekening bank dan bisa menggunakan dengan mudah.

Gagasan program Laku Pandai mulai berlaku sejak tahun 2012 dan menjadi salah satu program Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Laku Pandai memberikan layanan finansial lebih dekat dengan masyarakat melalui penggunaan Fintech (Financial Technology). Kini Laku Pandai sudah menggandeng berbagai jenis start up Fintech dan badan usaha non bank dalam mempermudah pelayanan keuangan masyarakat di era pandemi.

 

Jadilah Generasi Cerdas Manfaatkan Keuangan Digital

Perubahan revolusioner karena kemajuan teknologi digital terjadi sejak lima tahun terakhir. Generasi milenial adalah generasi pertama yang tumbuh dengan komputer dan internet. Generasi ini lahir pada tahun 1980-2000-an dan jumlahnya mencapai 33,5% dari jumlah populasi Indonesia (267juta orang). Mereka sudah berada dizaman yang diberi kemudahan akses pelayanan digital keuangan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika generasi ini dengan hidup yang dinamis tapi minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, maka mereka akan sulit mengelola keuangan dengan skala prioritas, pada akhirnya berdampak pemborosan skala besar.

Tahun 2025 proyeksikan tiga per empat generasi milenial secara global akan berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja. Perilaku finansial mereka lebih mempengaruhi ekonomi global daripada generasi sebelumnya. Oleh karena itu, pentingnya generasi muda lebih melek finansial sejak dini dengan berpartisipasi  berbagai edukasi online tentang cara mengelola keuangan ekonomi digital.

Kreatif dan Inovatif

Masa karantina pandemi menstimulus kita lebih berkreatif dan inovatif dalam bertahan hidup. Misalnya saja, ketika pendapatan menurun atau menjadi penggangguran membuat kita melakukan sesuatu yang menghasilkan uang seperti menjual makanan online, membuka jasa pembelajaran online, atau internet marketer. Jadikan masa karantina pandemi ini lebih produktif, kreatif dan inovatif untuk bisa menghasilkan uang sampingan, bukan menghabiskan waktu karantina sekedar main media sosial atau berfoya-foya.

Less Cash Society

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah suatu program dari Bank Indonesia agar masyarakat bertransaski tanpa uang tunai (less cash society). Selama ini masyarakat menggunakan pembayaran konvensional (uang fisik) dalam bertransaksi dan kini bergeser kepembayaran non tunai.

Ada beberapa manfaat pembayaran non tunai, antara lain

  • Lebih efisien dan higienis karena tidak perlu repot membawa uang fisik kemana-mana
  • Akses lebih luas sehingga meningkatkan akses masyrakat ke dalam sistem pembayaran
  • Lebih transparansi, mencegah kejahatan kriminal.
  • Menekan biaya pengelolaan uang rupiah
  • Meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian
  • Histori transaksi tercatat lebih lengkap sehingga perencanaan lebih akurat.

Produktif dan Cerdas Finansial

Orang yang produktif belum tentu cerdas dalam finansial, tapi orang yang cerdas finansial sudah pasti produktif. Menjadi generasi milenial yang produktif tidaklah sulit dimasa teknologi digital. Gunakan waktu yang produktif dengan kebiasaan yang positif, lebih cerdas mengatur keuangan, lebih bijak berbelanja jangan sekedar memenuhi keinginan atau kegengsian serta mulailah berinvestasi ilmu dan pengembangan diri. Kebanyakan milenial tergiur dengan promo diskon belanja, memaksa ikut tren fashion, sering hangout dan makan diangkringan atau memaksakan gaya hidup mewah karena rasa gengsi. Gunakan gadget untuk manfaatkan aplikasi pengelolaan keuangan untuk mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran, hindari hutang apalagi hutang konsumtif. Saat ada uang jajan atau gaji yang masuk ke rekening, buatlah rencana keuangan skala prioritas.

Investasi

Tabungan, investasi, dana darurat, asuransi kesehatan dan dana pension merupakan hal yang wajib dalam rencana keuangan jangka panjang. Berbagai tipe instrument investasi bisa kita pilih sesuai tujuan kita berinvestasi. Dimulai dari investasi Surat Berharga Negara (SBN), reksa dana,  saham, properti, peer to peer lending (P2P lending) dan tabungan emas. Namun tidak perlu khawatir investasi di masa Corona bisa dilakukan dan aman misalnya investasi surat utang yang diterbitkan pemerintah / SBN. Seandainya nilai rupiah melemah, investasi tetap bisa kamu lakukan dan masih mneguntungkan. SBN tidak berpengaruh pada nilai kurs dollar. Selain berinvestasi, kita juga sudah membantu keuangan negara.

Dukung Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Sebagian besar masyarakat terlalu membanggakan produk luar negeri karena dianggap memiliki brand dan lebih berkualitas dibanding produk dalam negeri. Jangan salah, produk dalam negeri juga mampu bersaing di luar negeri. Cintailah produk lokal dengan membeli produk negeri. Jika masyarakat sering membeli produk lokal tentu membantu jalannya bisnis usaha lokal. Kini, belanja produk UMKM sangat mudah karena para UMKM sudah go online dan bisa menggunakan transaksi non tunai pula. Selain itu, kita bisa membantu sebagai pemberi modal usaha bagi pelaku bisnis UMKM dengan berbagai Fintech UMKM berbasis equity crowdfunding. Program ini saling menguntungkan antara investor dan pelaku UMKM. Investor mendapat imbal hasil dari investasi (berkisar 5-20% per tahun) sedangkan UMKM usahanya dipermudah dengan bantuan modal usaha.

Dalam hal ini generasi milenial memiliki peluang lebih besar dalam pemulihan ekonomi masa kini dan masa depan apalagi sudah memasuki zaman teknologi digital. Perlu adanya kolaborasi pemerintah dengan OJK dalam upaya meningkatkan pendidikan keuangan. Sayangnya, walaupun pengguna internet cukup tinggi di Indonesia, kebanyakan generasi masih saja manfaatkan internet hanya untuk main game online, eksis media sosial atau menyebarkan berita hoax di media sosial. Jika orang hanya memiliki keahlian bekerja tanpa memiliki kecerdasan menggunakan ekonomi digital maka mereka akan sulit bersaing dengan orang berkemampuan digital tinggi. Disinilah peran penting literasi keuangan mengarah ekonomi digital. Dari pengenalan keuangan digital, diharapkan menekan masyarakat yang tidak bisa menggunakan layanan ekonomi digital. Sehingga perlu adanya peningkatan infrastruktur kualitas akses internet dan kelistrikan yang baik di setiap daerah termasuk pedalaman tentunya akan mempermudah regulasi ekonomi digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun