Alif berpikir sejenak, lalu berkata, "Kita harus menghadapi ini dengan cara yang sama seperti kita menghadapi perbedaan di antara kita: dengan dialog, bukan konflik."Â
Mereka memutuskan untuk mengadakan sebuah diskusi terbuka di taman budaya, mengundang semua pihak untuk berbicara, termasuk tokoh agama yang mengkritik mereka. Diskusi itu dipandu dengan penuh kehati-hatian, dan Alif membuka acara dengan kalimat sederhana, "Hari ini, kita di sini bukan untuk membuktikan siapa yang benar atau salah, tetapi untuk saling mendengarkan."Â
Suasana sempat memanas ketika beberapa pihak menyuarakan ketidaksetujuan mereka. Namun, Adrian, dengan caranya yang tenang dan penuh humor, berhasil meredakan ketegangan. "Bukankah lebih baik kita menikmati teh bersama daripada terus saling curiga? Saya punya teh hijau terbaik di kota ini, lho."Â
Malam itu, diskusi berakhir tanpa solusi pasti, tetapi sesuatu yang lebih penting terjadi: orang-orang mulai memahami bahwa perbedaan pandangan tidak harus membawa permusuhan. Bahkan, tokoh agama yang awalnya mengkritik taman budaya itu mengakui bahwa ada niat baik di baliknya.Â
Setelah acara itu, pelanggan mulai kembali ke kafe mereka, dan taman budaya semakin ramai dikunjungi. Adrian dan Alif belajar bahwa perjuangan mereka bukan hanya tentang persahabatan, tetapi juga tentang menunjukkan kepada dunia bahwa keharmonisan adalah sesuatu yang layak diperjuangkan, meski jalan menuju ke sana penuh rintangan.Â
Di suatu sore, ketika langit kembali berwarna jingga, Adrian menatap taman dari jendela kafe mereka. "Kau tahu, Alif, aku pernah takut kalau persahabatan kita ini tidak akan bertahan lama. Tapi sekarang aku sadar, langit jingga ini adalah milik kita semua. Perbedaan kita adalah alasan mengapa kita bisa berdiri di sini hari ini."Â
Alif tersenyum sambil menuangkan teh ke cangkir Adrian. "Dan selama kita percaya pada itu, Adrian, tidak ada yang bisa menghancurkan apa yang kita bangun."Â
Di luar, suara tawa anak-anak, lantunan doa, dan irama gamelan kecil di taman itu menyatu. Kehidupan di kota kecil mereka terus berjalan, membawa harmoni yang tak pernah pudar, seperti langit jingga yang selalu setia hadir setiap senja.