Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Di Balik Pintu

21 Januari 2025   12:00 Diperbarui: 21 Januari 2025   18:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam, ketika sedang menyiapkan materi kuliah, sebuah e mail masuk ke kotak masuknya. Pengirimnya anonim, tetapi isinya mengejutkan: 

"Bu Yuni, saya meminta maaf. Ada permainan yang tidak adil dalam seleksi itu. Saya tahu Ibu layak lolos, tapi beberapa orang takut idealisme Ibu akan menghalangi agenda mereka. Saya harap Ibu tetap semangat. Dunia masih membutuhkan orang seperti Ibu." 

Bu Yuni membaca e mail itu dengan tenang. Alih-alih marah atau merasa dendam, ia justru tersenyum. "Ternyata benar," gumamnya pelan. Tapi di hatinya, ia merasa tenang. Kebenaran, baginya, tidak selalu harus diumumkan atau dibuktikan. 

Ia menutup laptopnya dan mengambil buku catatan. Di halaman kosong, ia menulis: 

"Ketika pintu tertutup, itu bukan akhir. Tuhan selalu memiliki rencana yang lebih besar, yang mungkin belum bisa kita pahami sekarang. Saya belajar bahawa setiap pintu yang tertutup adalah jalan menuju pintu lain yang lebih besar. Kita tidak selalu tahu rencananya Tuhan, tetapi saya yakin, setiap langkah kita punya tujuan"  quotes of the day Bu Yuni di salah satu laman acount medsosnya.

Bu Yuni semakin aktif di dunia akademik dan literasi. Salah satu tulisannya tentang kepemimpinan perempuan menjadi viral, bahkan dibahas di beberapa seminar nasional. Banyak mahasiswa dan kolega yang mengagumi caranya mengolah kata, menyampaikan pesan tanpa menyudutkan, tetapi tetap penuh makna.

Suatu hari, ia mendapat undangan untuk berbicara di sebuah forum internasional tentang integritas dalam kepemimpinan. Undangan itu datang dari lembaga independen yang terinspirasi oleh kisahnya.

Di panggung forum itu, Bu Yuni berbicara dengan tenang namun penuh kekuatan. Ia tidak menyebut tentang kegagalannya di seleksi lembaga negara secara langsung, tetapi ia memberikan pesan yang kuat:

"Integritas adalah cermin diri. Tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kita, yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga nilai-nilai itu tetap hidup dalam tindakan kita."

Sementara itu, di lembaga negara B, gejolak mulai muncul. Beberapa pejabat yang diduga terlibat dalam manipulasi seleksi mulai kehilangan kepercayaan dari publik. Salah satu kandidat yang berhasil masuk sembilan besar, yang didukung oleh pejabat daerah, akhirnya mundur setelah banyak pihak mempertanyakan kredibilitasnya.

Beberapa staf lama yang masih ingat cara Bu Yuni memimpin mulai membandingkan situasi saat ini dengan masa lalu. "Andai Bu Yuni yang ada di sini," gumam salah seorang staf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun