Senyuman sahdu, langit mulai memperlihatkan gemerlapnya, berkeliling dan berputar bersama angin, menampakkan wajah memuakkan tuhan yang duduk disinggahsananya, tersenyum dengan senyum paling memuakkan bahkan lebih memuakkan daripada iblis, seraya berkata dengan nada mengejek; “kau yang durhaka, masuk sana kedalam jahannam, tak akan aku keluarkan kau dari sana.”
Walau dia tak akan pernah menyesal pernah menciptakan pendosa sepertiku.
“KETAHUILAH”
“NIKMAT MANA YANG KAU DUSTAKAN WAHAI MANUSIA?”
Kata-kata angkuhnya mengetarkan seluruh jagad, kata-kata sombong dari pemilik jiwa, yang menggenggam nasibku, nasib ku setelah nasibku, bahkan setelah habis waktunya.
Orang durhaka hanya bisa mengumpat dan mengutuk; “ah sial, kau menciptakanku untuk menyiksakku,” kemudian kalau sedang berpura-pura menjadi sombong, umpatan itu bertambah, “dan lihatlah, ku tantang kau dengan menara yang kubangun menjulang dilangit, lihatlah, menara tinggi dan besar, berisi mereka para sarjana akuntansi, bukankah aku lebih hebat dalam mempermainkan takdir?”
Dan tuhan hanya tersenyum sombong.
Iblis masih merenungi penyesalan.
Manusia bersenggema dengan dirinya sendiri, melahirkan segala macam tuan baginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H