Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Drama

Muak pada Durhaka

25 Januari 2018   08:40 Diperbarui: 25 Januari 2018   09:22 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kesucian itu ada, atau kedurhakaan itu benar-benar niscaya?

Kalau kau berkata kepada diri sediri, apakah dunia sudah terlewat gila? Ah, sudahlah, orang tua mana ada yang mengasihi anaknya, mereka hanya mengasihimu selayak burung dalam sangkar yang dihadiahi segala bentuk macam warna sangkar.

“Entah emas atau buram.”

Jika ada yang berkata; “hay, lihatlah, mereka yang menamainya malin kundang, ia menjadi batu karena durhaka.”

Walau aku akan menjabwanya; “ah, siapa bilang ia durhaka, ibunyalah yang durhaka sehingga tega mengutuknya menjadi batu.”

Kemudian setiap orang yang bertanya padaku tentang kedurhakaan, akan segera membenciku karenanya.

“siapa yang berhak mendapat balasan paling banyak di muka bumi selain orang tua, dia ibumu yang melahirkanmu, dan ayahmu yang dari kerjanya, rezki tuhan sampai pada perutmu, lalu, bagaimana kau bisa berpaling dan mendustakan nikmat yang diberikan mereka, kau durhaka.” Semua orang akan berkata demikian, bahkan tuhan dan segala tuhan dari segala wahyu yang dikenal oleh setiap orang bodoh yang menyebut dirinya orang beragama akan berkata demikian.

Kedurhakaan, pemberontakan terhadap orang tua, betapa malunya seseorang yang memiliki orang tua dan menyakitinya, bukan hanya tak tahu terimakasih, bahkan dapat dikatakan melawan tuhan, mendustai tuhan, mendustai masyarakat. Yang walau, masyarakat yang kumaksud sering sekali meperkosa ibu, dan calon ibu anak mereka sendiri.

Jangan bikin aku tertawa, atau hanya mereka yang tertawa, menertawakan kedurhakaan, menakuti anak-anak dengan cerita malin kundang.

“hey, lihat, anak durhaka!” dengan wajah yang tentu marah dan menghina, merasa dirinya paling benar mereka berkata. “siapa yang berkata?” kata setan dengan nada menghina.

“ah, memang kau pantas masuk neraka” kata malaikat dengan nada kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun