Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Skandal Rahwana

21 September 2016   19:09 Diperbarui: 21 September 2016   19:17 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari dimusim dingin, Rahwana raja alengka sedang mengalami kebosanan yang sangat amat perih, berhari-hari emosinya melunjak-lunjak naik turun gak jelas, bahkan saudara-saudaranya mengira Ruh rahwana tertukar dengan kucing yang lagi mau kawin. Segala macam cara dilakukan untuk menyenangkan hatinya, mulai dengan memanggil grub band terkenal seperti Noah sampai O.M. Monata didatangkan untuk menghiburnya. namun, tak ada satu hiburan yang dapat membuat sang Raja tersenyum, ia tetap duduk disinggasana diam tak bergerak, menyangga kepala besarnya dengan satu tangan sambil matanya mondar-mandir menyaksikan hiburan yang dipanggil untuknya.

Semua anggota kerajaan dari demit samapai yang setengah demit sudah menyerah dengan keadaan galau merana sang Raja, “mungkin jika dibiarkan akan sembuh sendiri” kata seorang ajudan kepada ajudan yang lain, “kita tidak boleh membiarkan junjungan kita begitu merana, kita sudah disumpah, sudah lupakah sumpah yang kita ucapkan saat pengukuhan dulu” sanggah dari seorang ajudan yang lain. Suara-suara ributpun terdengar mulai mericuhi teliga sang raja.

Suara keras menggelegar mengetarkan langit-langit istana dan seluruh ruangan, lampu gantung bergetang gemerincing  seolah-olah mau jatuh menimpa para ajudan yang sedang berkumpul. “diam kalian semua!!” bentak Rahwana, kemudian hengkang dari singgahsananya dan menghilang dalam kegelapan koridor menuju kamarnya.

“Bintang-bintang bertaburan indah malam ini, bulanpun berpancar dengan penuh semangatnya, namun semua hanya menjadi bintang dan bulan yang tak berarti bagi hati yang sedang dilanda kebosanan yang amat sangat” kata Rahwana dalam hati, dengan hanya memakai boxer Rahwana berdiri menghadap jendela kamarnya, berpikir “oh, mengapa tak hadir suatu bencana atau mala petaka, seperti meteor atau tsunami, sungguh bosan melihat laut yang hanya tenang-tenang saja, membawa buih kesana-kemari tanpa protes”.

Dilanda kebosanan Rahawana memutuskan untuk langsung terbang dari jendela kamarnya, menuju entah kemana, melayang diangkasa, sesekali membikit siluet dibulan hingga anak-anak yang lewat jam tidurnya tak sengaja melihat dan terkagum-kagum, dikiranya peterpan lewat.

Berjam-jam rahwana terbang, lembah gurun antah-brata sudah dilewatinya, ia tak peduli, sampailah ia kepantai, ia terbang menyusuri pantai bertelanjang dada, malam-malam begini meungkin bagi beberapa orang, melihat orang terbang bertelanjang dada, apalagi itu rahwana, yang bulu dadanya saja sudah dilluar nalar pengarang dan penulis manapun, sudah pokoknya, sungguh sial orang melihatnya.

Seorang ayu sedang memancing di pantai, memakai long-dress putih tak berlengan, rambutnya hitam berbaur dengan malam, matanya bersinar memantulkan cahaya bulan berbaur dengan bintang-bintang. Ia melihat rahwana yang terbang dengan gagahnya, namun entah keserupan apa wajahnya memerah, jantungnya berdebaran, spontan karena tekanan adrenaline yang tiba-tiba terpompa ia berteriak memanggil seperti orang yang memanggil tukang bakso “Woii, yang terbang disana, godaain aku donk!!” kemudian menutup mulutnya dengan kedua tanganya.

Gadis itupun langsung terdiam, wajahnya tambah merah, dalam hatinya ia berpikir mungkin sudah gila memanggil orang terbang dipantai malam-malam, rasa malu menyerumbat dipicu kenangan dan ingatan soal statusnya sebagai gadis perawan, tak patut baginya perempuan bertindak barbar.

Rahwanapun turun, gaya turunya seperti superman saat turun ketanah. Ia berdiri keheranan di belakang gadis yang meringkuk menutupi mulutnya sendiri setelah berteriak, dalam benaknya mungkin gadis ini sudah gila, atau sedang dilanda masa pencarian identitas diri, sehingga kadang menjadi bingung dengan keputusan atau ketetapan sifatnya. Tak  jarang gadis semacam ini beredar di pasaran, gadis-gadis tipe ini, yang dalam hidupnya cuman punya kesadaran bahwa dirinya gadis, hal ini kerap terjadi karena progam budaya, ditutut menjadi dewasa sebelum waktunya, dengan mengemban tugas sebagai gadis, mengebiri haknya bertingkah menjadi bocah, kerap menjadikan gadis-gadis dilanda kegundahan, kewajiban dan norma harga mati, tidak ada lagi rasa suka atau tak suka, yang ada hanya yang wajib atau sunnah, gadis semacam ini gampang terombang-ambing dipasar ide, dimana ide-ide baru mudah diserap dan mengganti ide lama, ini dikarenakan jati diri belum benar-benar dibuat, dan bla…blaa….blaaaaa….blaaaa…..

“kamu siapa?” Rahwana mengawali.

“Aku… aku.. siapa ya?” jawab gadis itu tergagap.

“Woi!! Kurang ajar, ngeledek ya!!??, mentang-mentang aku Rahwana yang bakal dibikin pengarang nyulik istri orang dan kalah perang lawan monyet ha!!??” bentak Rahwana marah.

“bukan begitu, aku …”

“sudah!!...” potong rahwana, “aku tak ada waktu meladeni gadis sepertimu, mentang-mentang punya badan super sexy saja sombong” lanjutnya.

Rahwana mengambil ancang-ancang untuk terbang lagi, tapi gadis itu tiba-tiba menarik lengan Rahwana. Ditolehnya wajah gadis itu, matanya berkaca membendung air mata, dilihat dari manapun posisi gadis itu penuh dengan iba, tersungkur dipantang sedang ia menggengam tang rahwana yang telanjang dada dan nyeker, hanya pakai boxer, pasti membuat siapa saja yang kebutulan lewat disana, bukan hanya ngiri sama Rahwana yang rupanya begitu itu digilai-gilai sama gadis cantik, juga  membuat hati miris iba kepada sang gadis, entah penyakit apa yang diderita.

Rahwana raja alengka tergelitik hatinya untuk iba, perasaan yang sudah ratusan tahun ia lupa, iba. Kemudia mulai untuk bertanya pelan-pelan ada apa gerangan dengan dirinya, walau obrolan terasa sulit untuk diawali dan kadang sesekali membuat Rahwana jengkel dengan sikap gadis ini yang setiap sepersekian detik berubah, dari A ke B, dari B ke H, H ke Z balik lagi ke A kemudian melonjak ke Z balik ke C, pokoknya rumit, mbulet sampai diluar imajinasi penulis.

Kesabaran Rahwana ada hasilnya, akhirnya ditemukan konsensus dalam berkomunikasi antar mereka, walau kebanyakan dengan bahasa isyarat dan mimik wajah.

Angin berhembus menggoda, entah kalau malam di pantai angin apa namanya, mungkin ahli geografi lebih tahu tentang nama angin, yang walau kadang banyak orang bertanya, angin yang tak kliatan dan kliatannya sama saja rasanya, ahli georgrafi bisa nenger mana angin yang namanya A atau B. semilir angin membawa getaran birahi karena suhunya yang membuat seluruh bulu di tubuh berdiri, dingin malam ini dipantai membuat bibir kering, lama dilanda keadaan yang memaksa birahi ini, mereka berduapun hanyut dalam kemesraan.

Ditengah kegiatan mesum yang mereka lakukan, Rahwana tiba-tiba berhenti, dan kemudian bertanya, “apakah kau mencintaiku?”

“aku jatuh cinta padamu saat pertama kali melihatmu terbang gak jelas beberapa jam lalu” jawabnya dengan suara agak mendesah.

“apa yang aku lakukan di masa lalu untukmu? Atau apakah aku sangat tampan? Bukankah aku Rahwana tokoh paling jahat di Ramayana?” Jawab rahwana keheranan.

“cinta tidak datang karena diminta, tapi ia datang karena takdir” balas si gadis, yang bahkan belum menyebut nama.

Hati Rahwana kemudian berbunga-bunga, wajahnya menjadi cerah, kemudian memerah. Kegundahannya akan kebosanan telah hilang, kini ia telah merasakan cinta yang tidak pernah ia jumpai semasa hidupnya.

Mentari bersinar, Dewa Surya menyapa, pagi menjelang, Rahwana bangun, dipipinya menempel beberapa butir pasir, wajahnya cerah bahagia, dalam hatinya ia berkata. “mungkin aku harus ganti peran, mungkin aku harus berhenti menjadi Rahwana, jadi nelayan saja”

Tapi.. gadis itu hilang, menghilang tanpa jejak, Rahwana bingung dan bimbang, apakah kemarin ia mimpi, atau sedang digoda kuntilanak. Penuh kebingungan ia kembali ke alengka.

Sekembalinya kekerajaan, Rahwana kembali ke posisi semula, duduk diam didingahsana dan berpangku tangan, semua ajudan hanya diam dan tak berbuat apa-apa, saudara-saudaranyapun demikian.

Setahun Rahwana duduk termenung bertanya-tanya sambil mengadah kelangit, bukankah hidup ini sungguh aneh, kandang mimpi serasa kenyataan, kadang sebaliknya kenyataan seperti mimpi, kadang hati ingin kenyataan seperti mimpi, kadang hati ingin mimpi seperti kenyataan. Hidup ini benar-benar dibingungkan oleh keinginan, namun, apakah salah jika seorang menginginkan cinta yang sesungguhnya?

Pagi-pagi seperti biasanya Rahwana ngopi di warung belakang istana, duduk bersilah kaki, dan membaca Koran pagi, serta mengumpat-ngumpat gak jelas tentang keadaan Negara tetangga yang semakin makmur disebelah, sedangkan negaranya belum makmur-makmur juga, demo dimana-mana, pejabat banyak korupsinya, bahkan Rahwana sepertinya tak ditakuti walau kepalanya ada sepuluh.

Sesosok perempuan bersarung surban membawa bayi berbungkus kain putih mengagetkan seisi warung yang tiba-tiba berdiri didepan warung. Rahwana hanya memandanginya penuh tanya, mungkin ia ibu-ibu mau mencari sumbangan untuk anaknya atau sanaknya atau apalah.

Perempuan itu menghampiri Rahwana, kemudian menyerahkan bayi itu kepadanya, Rahwana kaget dan bingung bukan kepalang, perempuan itu membuka surbannya sedikit dan memperlihatkan wajahnya, ia adalah gadis yang ditemuinya dipantai, kemudia berbisik dengn lembut “ini anakmu, aku tak bisa merawatnya, keluargaku tak akan mengijinkanku”. Kemudian menghilang bersama cahaya.

Rahwana bengong, seisi warung juga bengong, semua bengong kecuali kucing liar yang sedang asyik makan tempe goreng di meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun