“Woi!! Kurang ajar, ngeledek ya!!??, mentang-mentang aku Rahwana yang bakal dibikin pengarang nyulik istri orang dan kalah perang lawan monyet ha!!??” bentak Rahwana marah.
“bukan begitu, aku …”
“sudah!!...” potong rahwana, “aku tak ada waktu meladeni gadis sepertimu, mentang-mentang punya badan super sexy saja sombong” lanjutnya.
Rahwana mengambil ancang-ancang untuk terbang lagi, tapi gadis itu tiba-tiba menarik lengan Rahwana. Ditolehnya wajah gadis itu, matanya berkaca membendung air mata, dilihat dari manapun posisi gadis itu penuh dengan iba, tersungkur dipantang sedang ia menggengam tang rahwana yang telanjang dada dan nyeker, hanya pakai boxer, pasti membuat siapa saja yang kebutulan lewat disana, bukan hanya ngiri sama Rahwana yang rupanya begitu itu digilai-gilai sama gadis cantik, juga membuat hati miris iba kepada sang gadis, entah penyakit apa yang diderita.
Rahwana raja alengka tergelitik hatinya untuk iba, perasaan yang sudah ratusan tahun ia lupa, iba. Kemudia mulai untuk bertanya pelan-pelan ada apa gerangan dengan dirinya, walau obrolan terasa sulit untuk diawali dan kadang sesekali membuat Rahwana jengkel dengan sikap gadis ini yang setiap sepersekian detik berubah, dari A ke B, dari B ke H, H ke Z balik lagi ke A kemudian melonjak ke Z balik ke C, pokoknya rumit, mbulet sampai diluar imajinasi penulis.
Kesabaran Rahwana ada hasilnya, akhirnya ditemukan konsensus dalam berkomunikasi antar mereka, walau kebanyakan dengan bahasa isyarat dan mimik wajah.
Angin berhembus menggoda, entah kalau malam di pantai angin apa namanya, mungkin ahli geografi lebih tahu tentang nama angin, yang walau kadang banyak orang bertanya, angin yang tak kliatan dan kliatannya sama saja rasanya, ahli georgrafi bisa nenger mana angin yang namanya A atau B. semilir angin membawa getaran birahi karena suhunya yang membuat seluruh bulu di tubuh berdiri, dingin malam ini dipantai membuat bibir kering, lama dilanda keadaan yang memaksa birahi ini, mereka berduapun hanyut dalam kemesraan.
Ditengah kegiatan mesum yang mereka lakukan, Rahwana tiba-tiba berhenti, dan kemudian bertanya, “apakah kau mencintaiku?”
“aku jatuh cinta padamu saat pertama kali melihatmu terbang gak jelas beberapa jam lalu” jawabnya dengan suara agak mendesah.
“apa yang aku lakukan di masa lalu untukmu? Atau apakah aku sangat tampan? Bukankah aku Rahwana tokoh paling jahat di Ramayana?” Jawab rahwana keheranan.
“cinta tidak datang karena diminta, tapi ia datang karena takdir” balas si gadis, yang bahkan belum menyebut nama.