3.2.a.8. Koneksi Antar Materi_Modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Yuda Prasetia, S.Pd
CGP Angkatan 7 Kab. Trenggalek
Â
Pada sesi pembelajaran kali ini, saya membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.
Sekolah  merupakan tempat terjadinya interaksi antara faktor biotik dan abiotic. Faktor biotik terdiri atas murid, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan serta sarana dan prasarana. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah faktor abiotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan satu sama lain, sedangkan faktor abiotik yang akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah
Dengan mengetahui sumber daya dan  komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. 7 aset atau sumber daya sekolah tersebut antara lain:
- Modal Manusia
- Modal Fisik
- Modal Sosial
- Modal Finansial
- Modal Politik
- Modal Lingkungan/ Alam
- Modal Agama dan budaya
Ada dua pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset:
- Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) Â yang melihat dengan cara pandang negatif. Â Memfokuskan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
- Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) yang memfokuskan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Seorang pemimpin wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan "Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya" adalah seorang pemimpin wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang dalam melihat ekosistem tersebut. Dalam hal ini modal yang ada apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan tidak akan berfokus pada kekurangan, namun berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolah itu.
Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya ini memiliki keterkaiatan dengan modul-modul sebelumnya. Koneksi antarmateri atau keterkaitan itu terangkum dalam definisi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, " Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat". Â Itu merupakan kata kunci keterkaitan antara modul 3.2 dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya. Koneksi antar materinya sebagai berikut:
Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan  kodrat zamannya.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka.
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan rencana).
Modul 1.4 Budaya Positif
Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid, yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.
Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.
Modul 2.3 Coaching
Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit. Â Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola tujuh aset atau modal utama di daerah dan sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing).
Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Â
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang mampu mengenali potensi dan kekuatan yang ada lalu memanfaatkannya untuk pembelajaran agar bisa optimal dan mendukung merdeka belajar. Sebagai seorang pemimpin akan lebih baik jika memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa banyak melihat sisi kekurangannya.
Setiap organisasi pasti memiliki pemimpin untuk pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai visi dan misi. Organisasi sekolah merupakan lembaga pemerintah yang memiliki ruang lingkup yang jelas dan masyarakat haruslah mempunyai pemimpin yang mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk sampai pada tujuan pendidikan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah sebaiknya lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset atau lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Â Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sosok yang memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Implementasi peran pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya dengan menggunakan pendekatan ABCD  dan bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah dari guru, tenaga pendidik, siswa, orang tua, dan  masyarakat sekitar sekolah untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah serta menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Kemudian menyusun prakarsa perubahan menggunakan BAGJA.
Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Â
Sekolah merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang memiliki interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Dalam hal ini ada beberapa faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dari faktor biotik meliputi murid, Kepala Sekolah, guru, tenaga pendidik, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik meliputi biaya/ anggaran/keuangan, rarana dan prasarana, kurikulum, dan peraturan yang ada.
Berdasakan beberapa sumber daya yang ada di sekolah tersebut tentu memiliki kontribusi dan hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih bermutu apabila sumber daya dikelola secara tepat. Misalnya:
Aset ManusiaÂ
- Daerah Kecamatan Trenggalek memiliki aset sumber daya manusia dari masyarakat yang berprofesi sebagai pendidik, petani, pemuka agama, pedagang, tenaga kesehatan serta aset sumber daya manusia lainnya yang dapat mendukung perkembangan sekolah berbasis aset.
- Pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Trenggalek cukup beragam diantaranya lulusan SMP, SMA/K, Sarjana dan Pasca Sarjana yang dapat dimanfaatkan sebagai narasumber/guru tamu dan kolaborasi pembelajaran.
Aset Sosial
- Hubungan sosial terjalin antara warga sekolah dengan masyarakat sekitar Trenggalek. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar sekolah terhadap keberlangsungan proses pembelajaran salah satunya adalah dalam penegakan disiplin siswa
- Kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan dengan masyarakat setiap tahun dalam mendukung kepedulian sosial warga sekolah
- Kegiatan jumat berkah yang dilaksanakan warga sebagai proses membentuk karakter anak dalam bermasyarakat
Aset Fisik
- Adanya fasilitas olahraga seperti stadiun, GOR (Gedung Olah Raga), kolam renang untuk kesehatan jasmani/rohani.
- Adanya fasilitas taman dan hutan kota yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
- Adanya Puskesmas dan RSUD Trenggalek yang dapat membantu meningkatkan taraf kesehatan.
- Adanya tempat ibadah yang dapat menunjang kegiatan beribadah dan keagamaan.
- Adanya Bank di sekitar lingkungan sekolah yang dapat membantu pencairan dana bantuan dari Pemerintah.
- Adanya kantor PLN yang dapat menunjang ketersediaan jaringan listrik dan mudah dalam proses perawatan kelistrikan.
- Adanya kantor Telkom dan provider internet lain yang dapat menunjang ketersediaan jaringan internet dan mudah dalam proses perawatannya.
- Adanya pasar kota, UMKM dan perusahaan yang terus meningkat yang dapat dimanfaatkan untuk mitra sekolah contohnya dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan.
Aset Alam
- Adanya persawahan, gunung yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan ekstrakurikuler.
- Adanya aliran sungai Bagong -- Ngasinan yang dapat dimanfaatkan sebagai penelitian pembelajaran.
Aset finansial
- Tunjangan/insentif pendidik dari dana APBD untuk membantu guru yang belum mendapat tunjangan sertifikasi
- Dukungan dana pemerintah berupa bantuan yang dimanfaatkan bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran
- Dukungan dana yang diberikan kepada para peserta didik kategori kurang mampu agar dapat belajar dengan baik
Aset politik
- Himbauan mengenai Peringatan Hari Besar Nasional dari Dinas Pendidikan sebagai contoh pelaksanaan upacara bendera untuk meningkatkan rasa nasionalisme
- Kebijakan mengenai penggunaan baju daerah dari Bupati Trenggalek setiap hari kamis yang bermanfaat untuk mendukung produk batik local
- Kebijakan Daerah menganai penertiban pegawai negeri dan siswa yang dilakukan oleh satpol PP sebagai bentuk kedisiplinan, keamanan dan kenyamanan lingkungan
Aset Agama dan Budaya
- Berdekatan dengan beberapa Pesantren dan tempat ibadah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
- Hubungan baik dengan para pemuka agama di sekitar sekolah sehingga para pemuka agama sering diundang dalam acara keagamaan dan perayaan hari besar keagamaan
- Terdapat kesenian Trenggalek diantaranya jaranan turonggo yakso untuk melestarikan budaya daerah
Setiap sumber daya di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan kekurangan yang ada agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas. Cara mengelolanya yaitu dengan cara: fokus pada aset dan kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan  kodrat zamannya.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan rencana).
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.4 Budaya Positif
Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid, yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.3 Coaching
Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit. Â Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.
Bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, pemahaman saya tentang aset yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan di sekolah hanyalah sumber daya yang ada di sekolah seperti gedung dan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan sumber daya/aset/modal yang dimiliki sekolah karena dalam pikiran saya hanya seorang guru. Namun setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, banyak manfaat serta wawasan yang senantiasa mengispirasi semua warga sekolah sebagai pemimpin pembelajaran sehingga bisa membawa dampak positif untuk mewujudkan sebuah visi dan misi. Selain itu pola pikir saya dan pendekatan yang saya gunakan sebelumnnya fokus melihat kekuranggan/masalah yang ada. Sekarang saya lebih ke arah pendekatan berbasis aset yang lebih fokus pada kekuatan dengan memetakkan 7 aset yang ada di sekolah dan di daerah sehingga mampu mewujudkan pembelajaran yang nyaman dan berpihak kepada murid.
Saya merasa senang banyak ilmu yang saya dapatkan baik secara mandiri maupun diskusi sesama rekan sejawat dan tentunya bisa diterapkan untuk membuat suatu program yang membawa dampak pada murid. Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir kritis dan kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Mengidentifikasi dan mengelola hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, menjadi inspirasi, dan menjadi kekuatan yang positif. Dengan begitu diharapkan bisa membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi pendidikan baik dari aspek modal manusia, modal fisik, modal finansial, politik, modal alam/lingkungan, dan modal agama serta budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H