Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.3 Coaching
Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit. Â Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.
Bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, pemahaman saya tentang aset yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan di sekolah hanyalah sumber daya yang ada di sekolah seperti gedung dan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan sumber daya/aset/modal yang dimiliki sekolah karena dalam pikiran saya hanya seorang guru. Namun setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, banyak manfaat serta wawasan yang senantiasa mengispirasi semua warga sekolah sebagai pemimpin pembelajaran sehingga bisa membawa dampak positif untuk mewujudkan sebuah visi dan misi. Selain itu pola pikir saya dan pendekatan yang saya gunakan sebelumnnya fokus melihat kekuranggan/masalah yang ada. Sekarang saya lebih ke arah pendekatan berbasis aset yang lebih fokus pada kekuatan dengan memetakkan 7 aset yang ada di sekolah dan di daerah sehingga mampu mewujudkan pembelajaran yang nyaman dan berpihak kepada murid.
Saya merasa senang banyak ilmu yang saya dapatkan baik secara mandiri maupun diskusi sesama rekan sejawat dan tentunya bisa diterapkan untuk membuat suatu program yang membawa dampak pada murid. Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir kritis dan kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Mengidentifikasi dan mengelola hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, menjadi inspirasi, dan menjadi kekuatan yang positif. Dengan begitu diharapkan bisa membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi pendidikan baik dari aspek modal manusia, modal fisik, modal finansial, politik, modal alam/lingkungan, dan modal agama serta budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H