Made Wianta adalah sosok perupa Bali yang memiliki reputasi dunia. Karya-karya Made Wianta telah dipamerkan bahkan dikoleksi museum-museum terkemuka baik di Singapura, Jepang maupun di Swiss. Made Wianta juga merupakan seniman yang telah mengukir sejarah panjang dalam pergerakan seni rupa kontemporer maupun modern. Wianta telah mengikuti berbagai ajang seni rupa bergengsi dunia, salah satunya adalah Biennale Vinesia Italia. Wianta secara aktif juga pernah memberikan kuliah tamu di beberapa universitas terkemuka di Amerika dalam program dialog budaya barat dan timur.
Seniman kelahiran Apuan, Tabanan Bali yang telah berpulang dua tahun lalu tidaklah habis untuk dibicarakan, khususnya dalam pergerakan seni rupa di Indonesia. Berbagai kegiatan spektakuler yang mengukir namanya dalam pembicaraan seni rupa, maupun isu-isu dunia seperti Art and Peace 1999 maupun Unity in Diversity pada tahun 2002. Karya-karya Wianta telah terpublikasi dalam terbitan nasional maupun secara internasional, seperti Times Edition.
Galeri Zen1 yang secara khusus memajang lengkap periodesasi karya-karya Made Wianta di lantai 2 AMJOO#3, menurut Nicolaus merupakan salah satu upaya untuk menghadirkan kembali dalam memaknai lahirnya sembilan periode karya-karya Made Wianta. Istilah “Golden Legacy” sejatinya adalah kesadaran untuk semakin memperkenalkan dan mendekatkan kembali ke hadapan publik seni rupa, khususnya setelah seniman Made Wianta tiada.
Mengenai strategi ke depan dalam membawa Golden Legacy Made Wianta, Nicolous sebenarnya tidak ingin membocorkannya. Namun ia hanya menyampaikan rangkaian agenda-agenda penting di tahun-tahun mendatang, yang sudah pasti di beberapa gelaran art fair baik nasional maupun internasional. Melalui Golden Legacy Made Wianta, ia akan terus bekerjasama dengan Wianta Foundation dalam menghadirkan ragam sembilan periode melalui karya yang berbeda-beda, bahkan jarang sekali diketahui publik penikmat karya Wianta. Disamping itu, ia juga akan membangun kembali jaringan internasional yang telah dilakukan oleh Made Wianta.
“AMJOO #3 yang berlangsung dari tanggal 9-12 Juni secara Offline dan 10 Juni – 31 Agustus 2022 secara online adalah bagian penting dalam merekonstruksi perjalan karya-karya Made Wianta. Dan sebetulnya titik mula berangkatnya Galeri Zen1 berkolaborasi dengan Art Moments Jakarta saat itu yang telah dirancang sebelumnya bersama mendiang Leo Silitonga dan Sendy Wijaya”, tambah Nico.
Ada dua hal sederhana dan penting yang disampaikan Jean Couteau bagi penikmat karya-karya Wianta dalam memahami karya-karyanya, disamping karyanya, juga kisah proses kelahiran dari karya itu sendiri. Penikmat karya-karya Wianta bisa masuk lebih dalam disamping rabaan visual yang telah memberikan kejutan keindahan.
Converse Moments yang juga dihadiri putri Wianta Buratwangi sebagai pembicara tamu, semakin memaknai kehadiran karya-karya Golden Legacy. Burat menjelaskan beberapa proses kelahiran karya Wianta yang tidak dipamerkan di AMJOO#3 yakni perihal polusi udara dengan menghadirkan kenalpot-kenalpot kendaraan di Museum Singapura, serta art project Run Island and Manhattan yang berbicara mengenai perjalanan sejarah perdagangan rempah nusantara, dalam sisi alam dan hasil rempah, serta kemanusiaan. Art project yang digagas awal tahun 2000-an ini telah menjadi pembicaraan dunia, dan telah pula menghasilkan buku yang siap diterbitkan.