Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ida Bagus Ngurah Wijaya, Petualangan dan Jalan Pulang pada Diri Sendiri

25 Desember 2019   11:50 Diperbarui: 19 April 2022   12:34 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika di Mongolia Gus Ngurah Wijaya hampir tidak menemukan desa, karena masyarakatnya hidupnya nomaden. Justru ini menariknya, antara kehidupan dari tenda ke tenda, katanya. 

Mereka menjalani kehidupan yang bergantung pada alam. Semesta telah menjanjikan berkah kehidupan. Terlihat masyarakat Mongol hidup dengan keriangan, bahkan tak jarang ia selalu tersenyum ketika berpapasan.

Bisa dirasakan, perjalanan dari daerah ke daerah di Asia telah menjadi teks penting untuk belajar tanpa ada instruksi. Di setiap daerah ia menemukan perbincangan yang menarik.

Ketika masuk India, kebanyakan masyarakatnya bertanya tentang berapa harga motor, berapa kilometer bisa lari dan sebagainya yang kesemuanya berkaitan dengan benda. Namun ketika di Pakistan pertanyaan masyarakatnya lebih pada agamamu apa, asalmu dari mana dan untuk apa melakukan perjalanan jauh.

Inilah humanity dan religi serta spiritualitas yang ia jumpai sebenarnya, ada kontradiksi yang ditunjukkan di mana kesemuanya penuh kehangatan. 

Gus Ngurah Wijaya mengenal India sebagai daerah spiritual yang sangat terkenal, tapi disisi lain masyarakatnya juga banyak yang depresi. Kehidupan sangat keras penuh persaingan dalam usaha dan pekerjaan, menjadikan masyarakatnya penuh responsif.
***

Sepulang perjalanan, Gus Ngurah Wijaya mulai mengingat-ingat kembali bahwa perjalanan keling Asia sejatinya telah membuatnya terasa tenteram. 

Catatan-catatan kejadian ia rekam dalam memori pikirannya yang kadang membuatnya harus diam. Ia terus merenungkan ketenteraman suasana batinnya. 

Bagai perasaan penyerahan diri yang penuh ketentraman hati ia menyadari bahwa di perjalannya ia telah menemukan Tuhan yang menjelma dalam pertolongan maupun ketakjuban kehidupan orang-orang dan alam yang ia telah temui dan lalui.

Di tepi Pantai Segara di restaurant hotelnya Senin siang itu, Gus Ngurah Wijaya telah menjelaskan rencananya untuk melakukan perjalanan kembali, yakni berpetualang di Benua Amerika. Dalam petualangan kali berikutnya ini ia hendak melanjutkan kembali kisah pengembaraannya. 

Kembali pada kisah pengembaraan yang bukan sekedar mengembara, sepertinya Gus Ngurah  akan terus mengejar pertanyaan hakekat dari  "siapakah dirinya sebenarnya dalam pengembaraan yang ia akan jalani kembali?". Hanya Gus Ngurah Wijaya-lah yang akan menemukan jawaban jalan pulang untuk dirinya. (Yudha Bantono, Sanur Natal 2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun