Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Waspada Ancaman Zoonosis dari Hewan Liar

20 Mei 2019   23:52 Diperbarui: 22 Mei 2019   14:15 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drh. Soeharsono, Ph.D, dokpri

Zoonosis adalah ancaman berkelanjutan bagi kesehatan manusia secara global. Dalam beberapa dekade belakangan ini muncul beberapa zoonosis baru dari hewan liar. Semula penyebabnya hanya bersiklus di hutan, kemudian muncul di pemukiman penduduk. 

Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD, dalam Vetnesia Januari 2019 menyebutkan beberapa zoonosis tersebut, antara lain MERSCoV, Ebola, West Nile Encephalitis, dan Avian Influenza. Sebagian dari penyakit ini berpotensi menjadi pandemi.

Drh. Soeharsono, Ph.D barangkali menuliskan pengalaman dari melihat, membaca, meneliti dan mempublikasikan tulisan-tulisannya dengan maksud sebagai pengingat.

Belum sebulan saya mendapatkan bukunya yang berjudul "Zoonosis dari Hewan Liar" cetakan ke dua, terbitan Kanisius Yogyakarta membuat saya berfikir ulang bagaimana mantan penyidik penyakit hewan, sekarang praktisi hewan kecil di Denpasar ini secara gamblang menjelaskan tentang Cacar Monyet (Monkeypox) yang baru-baru ini menjangkiti satu orang pria di Singapura (8/5/2019). 

Kita tentu bisa mengingat berbagai penyakit lainnya yang telah terlaporkan dan dengan mudah masuk dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Para tenaga medis dan veteriner dunia, termasuk Indonesia yang menjadikan banyak literatur sebagai kanon masalah penyakit zoonosis dari hewan liar, dimana sebagian besar sangat menempatkan betapa pentingnya pencegahan sebelum kejadian.

Drh. Soeharsono, Ph.D, dokpri
Drh. Soeharsono, Ph.D, dokpri
Gambaran mengenai zoonosis dari hewan liar dalam buku Soeharsono dengan mengulas awal mula penyakit muncul, sampai situasi terbaru saat ini menghadirkan kembali memori keingintahuan bagi siapapun yang membacanya. 

Buku setebal 243 halaman ini mencakup semua aspek termasuk reservoir, cara penularan, gejala klinik, patologi, diagnosis, deteksi virus dan bakeria, deteksi antibody serta pencegahan dan pengobatan.

Ada lima hewan liar yang dinilai menjadi sumber penular yakni kelelawar, burung liar, satwa primata, tikus dan wallaby. Serta ada dua puluh tiga penyakit yang dibahas, baik penyebabnya virus maupun bakteria.

Vaksinasi JE di Bali 2018, sumber diskes.badungkab.go.id
Vaksinasi JE di Bali 2018, sumber diskes.badungkab.go.id
Dua puluh tiga penyakit itu diantaranya Ebola, Sars, Penyakit Nipah, MERSCoV, Marburg Haemorrhagic Fever , Penyakit Virus Hendra, Rabies Silvatik yang ditularkan oleh Kelelawar. Avian Influenza, West Nile Enchephalitis, Enchephalitis oleh Alphavirus, Murray Valley Enchepalitis yang ditularkan oleh Burung Liar. 

Yellow Fever, Penyakit Virus Zika, Tanapox, Cacar Monyet Yaba, Chromobacteriosis, Kyasanur Forest Disease yang ditularkan oleh Satwa Primata. Yersiniosis, Leptospirosis, Monkeypox, Haemorrhagic Fever With Renal Syndrome yang ditularkan oleh Tikus. Dan Ross River Virus yang ditularkan oleh Wallaby.

Penderita Cacar Monyet (Monkeypox), foto straitstime.com
Penderita Cacar Monyet (Monkeypox), foto straitstime.com
Yang sangat terkenal diantara penyakit tersebut adalah yersiniosis (bubonic plaque). Pada masa lalu penyakit ini bersifat pandemik, menelan korban puluhan juta manusia, di berbagai penjuru dunia. Indonesia pernah juga tertular, dan diduga masih ada sampai sekarang, meskipun kasusnya terbatas. 

Penyebab penyakit ini juga pernah dilaporkan dipakai sebagai senjata biologis. Bencana penyakit seperti Ebola, MERSCoV, SARS, West Nile Encehalitis, Avian Influenza, Japanese Encephalitis (JE) juga dibahas secara terperinci.

Buku ini sekaligus menjadi pengingat agar bersiap diri akibat dampak yang buruk bagi anak-anak, sehingga vaksinasi massal terhadap JE pernah dilakukan di Bali pada anak umur 9 bulan sampai 15 tahun (2018).

Penanganan penderita Ebola di Afrika, foto dari Science News
Penanganan penderita Ebola di Afrika, foto dari Science News
Khusus bagi dokter hewan yang menangani babi, perlu memahami penyakit nipah yang pernah memakan korban 105 orang di Malaysia (1998). Ternyata virus ini juga ditemukan pada kelelawar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.

Singkatnya, buku ini sangat bagus untuk dibaca dan dijadikan referensi oleh mahasiswa kedokeran hewan, doker hewan, dokter hewan yang bekerja di laboratorium, dokter manusia khususnya spesialis anak, terutama masalah JE dan spesialis kandungan, terutama masalah penyakit zika. 

Ilustrasi, sumber Kementrian BUMN
Ilustrasi, sumber Kementrian BUMN
Bagi mereka yang akan naik haji atau umrah, ada baiknya mengetahui masalah MERSCoV, juga bagi yang akan bepergian ke Amerika Selatan atau Afrika Tengah ada baiknya tahu dan waspada terhadap yellow fever.

Meskipun ada kekurangan dari buku ini karena tidak membahas zoonosis dari hewan liar yang disebabkan oleh cacing dan protozoa, namun seluruh tulisan buku ini telah berhasil menukik ke dalam peristiwa-peristiwa yang menjadikan kita lebih mawas terhadap bencana buruk yang telah, sedang dan akan terjadi.

Nagoya Jepang 16 Mei 2019
Drh. Yudha Bantono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun