Dalam pameran itu ia bersama dua seniman senegaranya yaitu Kazunobu Yanagi dan Yasu Suzuka, serta Trie Utamai dari Indonesia. Pesan kehidupan yang damai dan harmoni adalah tataran pengungkapan empat seniman yang memiliki kesamaan tujuan.
Proses kehidupan memerlukan keseimbangan dari hal baik dan buruk untuk mengisinya. Ia tidak tahu kemana arah selanjutnya dari pencapaian melalui karyanya, tapi ia yakin melalui proses berkarya ia memiliki perasaan yang lebih dalam dan luas.
Minako menampilkan print hasil drawingnya di atas kanvas. Drawing-drawing Minako ia selesaikan bertahun-tahun. Ia bekerja di atas kertas, selanjutnya ditransfer ke media kanvas melalui proses cetak. Â
Minako selalu menggunakan media hitam putih yang menurutnya lebih kuat secara visalisasi. Drawing-drawing itu dikerjakan tengah malam ketika anaknya yang masih kecil telah lelap tidur. Di saat tengah malam itulah ia bersahabat dengan hening, dan lebih mudah berkosentrasi.
Minako tidak ingin mendramalisir tentang arti kematian, Â sekali lagi ia ingin menciptakan citra pendekatan pandangan yang sarat akan filosofi kehidupan. Secara harfiah bukan obyek kematian, tetapi berkembang lebih jauh menjadi sebuah esensi.
Sebagai seniman Jepang yang baru pertama kali ke Bali, ia menyadari bahwa pengalaman ini membuatnya semakin menjadi kaya akan cara pandang kebudayaan yang memiliki kemiripan.
Di Bali Minako langsung mendengar kisah-kisah proses kehidupan sampai kematian dari Pendeta Hindu Bali. Unsur-unsur yang menjadi symbol dari elemen penciptaan kehidupan sampai kematian ia rekam sebagai kajian penting. Pengalaman ini tentunya akan menjadi referensi menuju lompatan perkembangan seri mandala berikutnya.
Sebagai perupa satu-satunya cara untuk berekspresi dan menuturkan pengalamannya adalah melalui karya. Saya menaruh perhatian khusus dari kelana batin Minako setelah mengunjungi Bali, tentu banyak hal yang telah ia dapatkan tentang filosofi budaya masyarakatnya.Â
Mungkin inilah rangkaian perjalanan kehidupan Minako yang tidak pernah ia fikirkan, ia ditunjukkan banyak hal untuk terus melakukan penggalian tentang hal-hal yang berhubungan dengan kematian. (Yudha Bantono)