Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fotografi Pinhole Yasu Suzuka dan Bahasa Damai

15 Agustus 2018   17:23 Diperbarui: 15 Agustus 2018   19:42 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendeta Sintho, Kyoto Jepang, doc. Penulis

Yasu juga pernah menjabat sebagai Presiden Pinhole Photography Art Society. Banyak penghargaan kaliber internasional yang telah ia dapatkan, serta pengalaman pameran baik tunggal maupun group yang sudah tidak terhitung jumlahnya.

Tetapi semua itu belumlah cukup, sebagai seniman ia terus bereksplorasi tanpa mengenal istilah berhenti. Yasu memiliki keyakinan dimana ia berada harus dapat menyerap, mempelajari dan menghasilkan karya. 

Terutama, tentang alam dan budaya kehidupan masyarakat setempat. Mungkin inilah yang melatar belakanginya untuk berkunjung dan menetap beberapa waktu di Bali. Yasu berusaha mendialogkan pengalaman ziarah batinnya, dan tahun ini ia labuhkan hasilnya di Bidadari Mandala dalam pameran Teratai Salju.

Borobudur, pinhole fotografi Yasu Suzuka, doc. Penulis
Borobudur, pinhole fotografi Yasu Suzuka, doc. Penulis
Pesan damai

Karya Yasu sebagai pesan damai tidak hanya ditandai dengan bahasa cakupan tangan. Karya fotografi pinhole yang dipamerkan juga menampilkan Borobudur dan tempat kejadian tragedi Bom Atom di Hiroshima. 

Ada hal yang menarik ketika membicarakan dua tempat ini. Bagi Yasu, Borobudur adalah mandala tiga dimensi yang memiliki pesan kuat pada pencerahan  dan kedamaian. 

Sementara tempat kejadian tragedi Bom Atom di Hiroshima menjadi kontra dari Borobudur. Yasu sepertinya memang terilhami dari ingatan masa kelam negerinya, dan selanjutnya mencari jawaban secara visual tantang arti damai.

Yasu Suzuka, diantara karya Cakupan Tangan Pendeta Hindu Bali dan Tempat Kejadian Bom Atum Hiroshima, foto penulis
Yasu Suzuka, diantara karya Cakupan Tangan Pendeta Hindu Bali dan Tempat Kejadian Bom Atum Hiroshima, foto penulis
Dalam ruang galeri kedua karya ini dipasang segaris pandangan, dengan titik pusat di cakupan tangan pendeta Hindu Bali. Yasu sangat memperhatikan ruang untuk mendialogkan karyanya bagi pengunjung pameran. Cakupan tangan pendeta Hindu Bali seperti memancarkan vibrasi kesan damai, mengalirkan energi kuat untuk merasakan hening dan hal yang tersentak. 

Sepintas memang tidak terlihat sebuah decak kagum kecuali kepiawaian hasil cetakan foto pinhole. Namun karya itu mengisahkan sisi rasa dan perasaan, dan selanjutnya pesan damai jelas nampak terlihat.

Melihat karya-karya yang dihasilkan, di usia 71 tahun Yasu masih tetap sebagai sosok seniman yang bersahaja. Semangatnya sangat mengagumkan, seperti api yang terus menyala-nyala. Memang sangat terlihat bahwa  ia seniman yang tak mengenal lelah bila diajak bertukar fikiran, terutama tentang budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia dan Jepang. 

Saya tidak meragukan lagi, bahwa melalui karyanya bisa ditemukan sebuah jalan masuk untuk menjelajahi beragam hal. Salah satunya yang berhubungan dengan pesan damai.  (Yudha Bantono)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun