Yasu juga pernah menjabat sebagai Presiden Pinhole Photography Art Society. Banyak penghargaan kaliber internasional yang telah ia dapatkan, serta pengalaman pameran baik tunggal maupun group yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Tetapi semua itu belumlah cukup, sebagai seniman ia terus bereksplorasi tanpa mengenal istilah berhenti. Yasu memiliki keyakinan dimana ia berada harus dapat menyerap, mempelajari dan menghasilkan karya.Â
Terutama, tentang alam dan budaya kehidupan masyarakat setempat. Mungkin inilah yang melatar belakanginya untuk berkunjung dan menetap beberapa waktu di Bali. Yasu berusaha mendialogkan pengalaman ziarah batinnya, dan tahun ini ia labuhkan hasilnya di Bidadari Mandala dalam pameran Teratai Salju.
Karya Yasu sebagai pesan damai tidak hanya ditandai dengan bahasa cakupan tangan. Karya fotografi pinhole yang dipamerkan juga menampilkan Borobudur dan tempat kejadian tragedi Bom Atom di Hiroshima.Â
Ada hal yang menarik ketika membicarakan dua tempat ini. Bagi Yasu, Borobudur adalah mandala tiga dimensi yang memiliki pesan kuat pada pencerahan  dan kedamaian.Â
Sementara tempat kejadian tragedi Bom Atom di Hiroshima menjadi kontra dari Borobudur. Yasu sepertinya memang terilhami dari ingatan masa kelam negerinya, dan selanjutnya mencari jawaban secara visual tantang arti damai.
Sepintas memang tidak terlihat sebuah decak kagum kecuali kepiawaian hasil cetakan foto pinhole. Namun karya itu mengisahkan sisi rasa dan perasaan, dan selanjutnya pesan damai jelas nampak terlihat.
Melihat karya-karya yang dihasilkan, di usia 71 tahun Yasu masih tetap sebagai sosok seniman yang bersahaja. Semangatnya sangat mengagumkan, seperti api yang terus menyala-nyala. Memang sangat terlihat bahwa  ia seniman yang tak mengenal lelah bila diajak bertukar fikiran, terutama tentang budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia dan Jepang.Â
Saya tidak meragukan lagi, bahwa melalui karyanya bisa ditemukan sebuah jalan masuk untuk menjelajahi beragam hal. Salah satunya yang berhubungan dengan pesan damai. Â (Yudha Bantono)